Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Belajar Usaha Kuliner dari 'Kopi Klotok'

        Belajar Usaha Kuliner dari 'Kopi Klotok' Kredit Foto: Tangkapan layar YouTube Foodiz Channel
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta tak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi warung "Kopi Klotok" dengan suasana pedesaan dan beberapa menu andalannya yang terbilang cukup sederhana. 

        Warung kopi yang tidak membuka cabang di mana pun tersebut sampai dengan saat ini telah mampu membawa dampak bagi warga daerah sekitar dengan membuka lapangan kerja baru di sana.

        Baca Juga: MenKopUKM Dukung Pelaku Seni Rupa Ciptakan Karya Kreatif dari Kopi sebagai Promosi

        GM Corporate Communication Foodiz Sarita Sutedja menilai, terdapat lima pembelajaran yang dapat diambil untuk mengembangkan usaha makanan dan minuman dari Kopi Klotok yang terletak di Kabupaten Sleman, DIY.

        Pelajaran pertama adalah menu sederhana yang dapat membuat pengunjung terkesan akan rasanya, di mana variasi menunya ada lodeh, telur mekar, tempe, bubur sumsum, nasi kopi dan teh, pisang goreng. 

        "Makan sederhana tapi enak banget, maka dari itu untuk bisnis kuliner enak itu wajib. Jadi penting banget untuk kita membangun menu yang enak dan melakukan validasi terhadap menu tersebut yang sebaiknya validasi tersebut dilakukan dari awal dengan riset terlebih dahulu," ujar Sarita dikutip dari laman YouTube Foodiz Channel, Minggu (12/2/2023).

        Sarita mengatakan bahwa riset yang digunakan tidaklah perlu ribet atau dengan kata lain sederhana saja. Ia mencontohkan dengan cara mengundang influencer untuk mencoba makanan dan memberi masukan.

        "Kedua, ajak target market makan dan minta masukannya, bisa juga dari tenaga ahli yang kasih input. Jual dalam skala kecil dulu dan liat apa akan dibeli lagi gak. Intinya jangan pernah pakai asumsi apalagi soal enak," ujarnya. 

        Pelajaran kedua adalah dengan membuat kebiasaan kepada karyawan akan proses yang cepat dan lalu lintas tinggi. Pasalnya pada "Kopi Klotok" proses untuk mendapatkan makanan sangatlah cepat yang membuat konsumen tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menunggu.

        "Proses ini juga membuat putaran konsumen yang beli itu bisa banyak dan cepet tanpa mengorbankan service," ucapnya.

        Kemudian faktor ketiga adalah "Wow Fakto" atau menciptakan beberapa hal yang bisa membuat pelanggan mengatakan "Wow" untuk makanan yang disajikan. Seperti contoh yang ada di "Kopi Klotok" di mana pelanggan tidak boleh membawa pulang pesanan pisang goreng dan membuat itu menjadi perbincangan. 

        "Kedua, suasana tempatnya tradisional dan sawah-sawahan, ketiga lodehnya enak banget dengan beberapa varian lodeh. Kalau kita mau nambah order lodeh itu kadang-kadang suka dimarahin," jelasnya.

        Baca Juga: Dilepas Zulkifli Hasan, Pos Indonesia Sukses Bawa UMKM Indonesia Tembus Pasar Timur Tengah

        Faktor keempat yang tak kalah penting adalah infrastruktur yang menunjang. Dengan kata lain, ramai dan antri tanpa infrastruktur penunjang akan membuat pengunjung merasa tidak nyaman. 

        "Ini yang dipahami oleh kopi klotok, bahkan mereka punya parkiran untuk bus, dan tempat duduk yang banyak sehingga tidak membuat konsumen kecewa," jelasnya. 

        Faktor terakhir adalah Word of Mouth di mana hal tersebut menjadi kewajiban setiap orang bercerita tentang "Kopi Klotok", mungkin sudah jutaan orang yang pernah ke sana sejak dulu.

        "Jika setiap orang selalu cerita tentang kopi klotok, gimana gak dahsyat juga efeknya. Jadi pastikan bisnis kuliner sahabat foodies juga punya cerita yang akan diceritakan kembali oleh konsumen ke belasan atau bahkan ribuan followers-nya sehingga bisnis kuliner gak butuh biaya promo yang gede agar bisnisnya tetep cuan," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: