Soal Sering Ikut Pengajian, Gus Miftah Bilang Jadi Salah Satu Cara Supaya Dikenang Jadi Manusia Baik
Menurut Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah, dunia adalah tempat manusia mencari amal hingga nanti akhirnya meninggal bisa dikenang sebagai orang yang baik.
“Banyak orang yang kemudian sudah hilang dari negeri ini hari ini masih dikenang karena nilai-nilai kebaikannya. Maka kita berharap kalau nama kita baik, amal kita baik, walaupun besok kita mati masih dikenang,” kata Gus Miftah melansir dari youtube channel Santri NU Channel, Rabu (22/02/23).
“Seperti, Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI dan ABRI. Orangnya sudah meninggal namanya masih dikenal. Kemudian, kalau kita ngomong kepolisian ada Pak Hoegeng, makanya ada Hoegeng Award. Kenapa? karena dia polisi yang dianggap paling baik,” tambah dia.
Baca Juga: Survei Sebut PDIP Masih Perkasa, Gerindra Jadi 'Ancaman' Serius Buat Megawati Cs
“Makanya dulu Gus Dur pernah ngomong di Indonesia Itu polisi yang paling baik ada tiga. Satu hugeng, dua patung polisi, tiga polisi tidur,” kata dia.
Gus menambahkan, sudah sepatutnya muslim untuk bergaul dan berkumpul dengan orang-orang yang baik apalagi dalam acara yang sifatnya keagamaan.
“Allah itu baik dan Allah mencintai orang yang baik sama halnya, apa orang baik itu sukanya ngumpul dengan orang yang baik, orang jelek ngumpul dengan orang yang jelek,” katanya.
“Makanya pak polisi jangan salah, kenapa maling ayam kadang-kadang keluar dari penjara residivis malah pintar maling sapi? Ya karena di dalam ketemu dengan pencuri sapi masuk penjara karena nyolong motor,” katanya.
“Begitu keluar, yang maling motor malah jadi maling mobil karena di dalam ketemu dengan pencuri mobil,” tambahnya.
“Makanya kanjeng Nabi mengatakan apa? supaya kamu jadi orang baik alaikum Bi mujalasatil ulama. Yaitu hendaknya berkumpul dengan Kyai dan ulama supaya jadi orang baik,” jelas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty