Dilema Kasus Pembubaran Kajian Hanan Attaki: Bisa Berujung Jadi Intoleransi dan Legalisasi Kekerasan
Kasus pembubaran pengajian Hanan Attaki di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura menimbulkan dilema.
Berdasarkan informasi yang beredar, pembubaran tersebut dilakukan oleh Banser Nahdlatul Ulama (NU) dan warga lantaran menanggap dakwah Hanan Attaki tak sesuai dengan kultur Jawa Timur. Selain itu, Hanan Attaki juga dituding sebagai golongan kaum Wahabi.
Kasus tersebut menarik perhatian sejumlah pihak, salah satunya cendikiawan muslim Muhsin Labib. Dalam diskusi bertajuk "BINCANG BERITA: Banser Bubarkan Pengajian Hanan Attaki / ISIS Ikut Perang di Ukraina" yang diunggah di kanal YouTube MaulaTV Channel, Muhsin berpendapat kasus Hanan Attaki berpotensi menjadi sikap intoleransi.
Baca Juga: Alasan GP Ansor Bubarkan Pengajian Ustaz Hanan Attaki Tidak Masuk Akal: Tidak Ada Ujaran Kebencian!
"Bila massa yang melakukan [pembubaran], di luar otoritas negara, itu justru akan menjadi preseden buruk. Boleh jadi dalam peristiwa itu penceramahnya memang dikenal intoleran, sering ngawur, sok gaul, penceramah yang omongannya kadang-kadang ngaco, mungkin itu juga punya dasar, tapi di satu sisi, kita berada dalam sebuah negara yang semua prosesnya itu harus berdasarkan hukum aturan yang berlaku," kata dia, dikutip Rabu (22/2/2023).
Dalam hal ini, yang seharusnya melakukan pembubaran adalah aparat institusi negara.
Dia mengamini adanya kemungkinan massa yang menyimpan kekesalan terhadap kepada pihak aparat, sehingga akhirnya massa yang melakukan pembubaran. Namun, bila pembubaran yang dilakukan warga dengan alasan penceramahnya bagian dari kelompok tertentu seperti ini dibiarkan, maka ada potensi kejadian-kejadian serupa bakal dilakukan terhadap kelompok-kelompok lainnya.
"Khawatirnya begitu. Mungkin yang menjadi dilematisnya di situ," pungkasnya.
Sependapat dengan Muhsin, pengamat politik Muhammad Jawad menggarisbawahi penyelesaian masalah dengan cara kekerasan perlu dihindari. "Ini sangat berbahaya bagi keutuhan masyarakat," ujar Jawad.
"Jadi, bagaimana pun alasannya, cara-cara dan penggunaan kekerasan itu tetap tidak bisa digunakan," terangnya.
Sebelumnya, Hanan Attaki juga telah merilis pernyataan terkait pembubaran pengajian tersebut. Dalam video berjudul "DISCLAIMER - Menjawab Keraguan" di kanal YouTube Hanan Attaki, dia menegaskan gaya dakwahnya bertujuan untuk menyesuaikan minat anak muda.
Di sisi lain, Bendahara GP Ansor Jawa Timur M Fawait (Gus Fawait) meminta pembicara yang tak sesuai dengan kultur suatu daerah tertentu untuk tidak memaksakan menggelar pengajian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti