Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Surya Paloh: Satu Teman Berkuasa Lebih Menentukan daripada Seribu Literatur

        Surya Paloh: Satu Teman Berkuasa Lebih Menentukan daripada Seribu Literatur Kredit Foto: Andi Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, mengatakan terkadang satu orang kawan yang berkuasa lebih bisa menentukan perkara daripada seribu literatur yang dibaca selama 10 tahun. Hal tersebut dia ungkap dalam sambutan di Silaturahmi Nasional (Silatnas) Badan Advokasi Hukum (BAHU) Partai NasDem di NasDem Tower, Jakarta, Jumat (10/3/2023). 

        Mulanya, Surya meminta para anggota BAHU untuk menerapkan prinsip elaborasi antara idealisme dan realisme. Hal tersebut dinilai penting, agar idealisme senantiasa berpijak pada realitas yang ada.

        Baca Juga: Surya Paloh Dukung Kebijakan Siswa Masuk Pukul 5 Pagi di NTT: Itu Soal Membangun Etos...

        "Jangan pernah sekali-kali hanya berpegang dan berpihak pada idealisme yang berada pada posisi yang mengawang di atas menara gading. Idealisme kita harus berpijak pada realisme itu sendiri, berpijak pada bumi," papar Paloh dalam sambutannya.

        Lantas, dia mengatakan, para anggota BAHU mesti memiliki pemikiran bahwa satu lawan terasa terlalu banyak. Sementara seribu teman, kata Paloh, dinilai terlalu sedikit.

        Oleh sebab itu, dia meminta para anggota BAHU untuk memperbanyak tali pertemanan. Kendati demikian, Paloh menilai kadang satu teman yang berkuasa bisa lebih menentukan perkara yang tengah dihadapi.

        "Satu lawan terasa sudah terlalu banyak, seribu kawan terasa masih kurang. Perbanyak teman, kadang kala boleh percaya atau tidak, satu teman yang berkuasa jauh lebih menentukan daripada 1000 literatur yang kita baca selama 10 tahun dalam menyelesaikan perkara," katanya.

        Dia mengatakan hal tersebut lumrah pada hukum saat ini. Untuk itu, kata Paloh, suka tidak suka, anggota BAHU mesti menerima hal tersebut sambil terus menerpa diri pada ilmu pengetahuan.

        Baca Juga: Surya Paloh Nggak Masalah AHY Jadi Cawapres Koalisi Perubahan, Jubir Anies Baswedan: Tunggu Keputusan Anies!

        Meski begitu, menurutnya, kemampuan diri pada ilmu pengetahuan tidak cukup untuk menghadapi realitas hari ini. Paloh mengatakan hal tersebut merupakan bentuk dari dialektika-romantis yang mesti dihadapi.

        "Sering sekali kita berhadapan dengan kondisi objektif, untuk apa kau baca nalar itu, referensi begitu banyak, kau cuma perlu memukul-mukul bahunya saja. Nah kita di sinilah istilahnya dalam perjalanan kehidupan dialektika dan romantikanya kehidupan ini," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: