Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Warga NTT Belum Lupa Politik Identitas yang Dipakai Anies, Akibatnya Koalisi Perubahan Harus Kerja Ekstra Keras

        Warga NTT Belum Lupa Politik Identitas yang Dipakai Anies, Akibatnya Koalisi Perubahan Harus Kerja Ekstra Keras Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Rajamuda Bataona membeberkan Koalisi Perubahan butuh kerja keras agar diterima di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Pilpres 2024 mendatang.

        Pasalnya, politik identitas yang dilabelkan pada calon presiden (capres) Anies Baswedan menjadi batu sandungan untuk koalisi yang dibangun NasDem, Demokrat, dan PKS tersebut.

        Baca Juga: Label Bapak Politik Identitas Masih Melekat, Anies Baswedan Harus Kerja Ekstra Jika Mau Diterima di Daerah Ini

        "Karena isu politik identitas yang masih mengakar di persepsi publik," katanya, Selasa (14/3/2023), dikutip dari Antara.

        Menurut Bataona, hal ini lantaran memori publik NTT masih cukup kuat tentang bagaimana isu politik identitas dimainkan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Di samping rivalitas laten yang melibatkan partai-partai nasionalis versus partai-partai kanan yang menjual isu identitas.

        Menurut Bataona, NTT secara natural lebih dekat dengan partai-partai nasionalis. Karena memang postur dan konfigurasi masyarakat NTT adalah multikultur.

        Baca Juga: Koalisi Perubahan Sejak Awal Sudah Diganggu, Demokrat Yakin Solid: Pasti Ada Upaya dari Pihak Kelanjutan Sekarang Ini

        "Inilah alasan masyarakat tidak suka pada isu politik identitas dan praktek politik identitas dalam model apa pun," jelasnya.

        Secara kultural dan psikologis, kata dia, sulit bagi mayoritas masyarakat NTT mendukung Anies Baswedan. Karena itu tingkat kesukaan dan penerimaan masyarakat NTT pada Koalisi Perubahan lebih rendah dibandingkan terhadap koalisi KIB, KIR dan PDIP.

        Pemilih di NTT secara kultural dan psikologis, kata dia, berbeda karakter dengan pemilih di daerah lain seperti Jakarta, Banten, atau Jawa Barat. 

        Perbedaan karakter secara kultural nilah yang akan membuat jualan capres Koalisi Perubahan tidak mudah diterima di NTT.

        Baca Juga: Ditanya Penyesalan Pakai Politik Identitas, Anies Panjang Lebar: Kalau Ada Calon Muslim dan Kristen, Isu Agama Jadi...

        Karena itu, Koalisi Perubahan harus bekerja keras dan mencari format-format isu kampanye yang rasional dan masuk akal sebagai antitesis dari pelabelan isu politik identitas pada Anies Baswedan.

        Meski demikian, kata Bataona, pilpres akan berbeda dengan pemilihan legislatif (pileg). Kendati pun bersamaan tapi figur-figur yang diusung partai-partai Koalisi Perubahan akan tetap dipilih masyarakat.

        Baca Juga: Pertemuan Luhut-Paloh Tak Akan Goyahkan Koalisi Perubahan, Andi Arief: Ibarat Gadis Cantik yang Setia

        "Karena masyarakat akan melihat rekam jejak juga kedekatan figur-figur tersebut dengan masyarakat."

        "Sehingga efek dukungan figur presiden tidak 100 persen men-downgrade posisi partai Koalisi Perubahan terutama Nasdem dan Demokrat di NTT," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: