Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IFSOC Beberkan Hikmah Tech Winter dan Keruntuhan SVB Bagi Indonesia

        IFSOC Beberkan Hikmah Tech Winter dan Keruntuhan SVB Bagi Indonesia Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menyambut positif keterangan pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) yang tidak memberikan dampak langsung pada industri keuangan di Indonesia dibuktikan dengan kondisi sektor perbankan Indonesia yang masih kuat dan stabil, Indonesia Fintech Society (IFSOC) menyampaikan bahwa di balik kabar yang melegakan ini, ada hikmah yang bisa ditarik dari kejadian tech winter yang berlanjut dengan keruntuhan SVB bagi Indonesia.

        Tidak dapat dipungkiri bahwa keruntuhan SVB yang terjadi secara tiba-tiba telah membuat berbagai spekulasi muncul dengan cepat di kalangan masyarakat, terutama di kanal media sosial sehingga menjadi perbincangan yang cukup menyita banyak perhatian.

        Terkait dengan ini Ketua Steering Committe IFSOC Rudiantara mengatakan bahwa di sektor keuangan termasuk fintech, spekulasi yang berkembang liar berpotensi memicu kepanikan masyarakat.

        Baca Juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Ini Alasan Dunia Jadi Ketar-ketir

        "Oleh karena itu kami mengapresiasi OJK yang dengan cepat mengeluarkan pernyataan yang menenangkan masyarakat terkait isu ini. Hal ini akan membantu memberikan kepastian informasi dan mengerem perkembangan berbagai spekulasi yang berpotensi mengganggu kekondusifan sektor keuangan dan fintech di Indonesia," tutur Rudiantara dikutip dari siaran pers pada Jumat (17/3/2023).

        Namun demikian, meski pernyataan OJK telah menjadi angin segar yang melegakan di tengah banyaknya spekulasi yang bermunculan, IFSOC menekankan bahwa perisitiwa yang terjadi di tengah situasi tech winter saat ini perlu secara serius dilihat sebagai sinyal dan early warning agar sektor fintech di Indonesia segera memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko.

        Hal ini selaras seperti yang disampaikan oleh Rudiantara yang menerangkan bahwa sektor keuangan digital di Indonesia harus tetap waspada dan terus mencermati perkembangan kasus yang terjadi. Rudiantara berharap bahwa kondisi sektor keuangan digital dapat semakin stabil di tengah situasi tech winter yang hingga saat ini masih terus berjalan.

        Mantan Asisten Gubernur BI sekaligus Steering Committe IFSOC Dyah Makhijani juga mengatakan bahwa keruntuhan SVB perlu diseksamai agar menjadi pembelajaran dalam penguatan dan pengembangan sektor keuangan digital ke depan.

        "Upaya mitigasi berupa penguatan tata kelola dan penerapan manajemen risiko yang lebih baik menjadi kunci dalam mewujudkan kontinuitas sektor keuangan digital. Good corporate governance mutlak diimplementasikan untuk menjaga kepercayaan publik yang saat ini sangat antusias dengan perkembangan sektor keuangan digital kita," ujar Dyah.

        Adapun terkait dengan fenomena tech winter yang sedang berlangsung, Steering Committe IFSOC Tirta Segara berpendapat bahwa kenaikan suku bunga (kebijakan moneter ketat) di negara-negara maju karena inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah.

        Fenomena ini, ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank yang disinyalir berkaitan dengan kejatuhan SVB. Berdasarkan hasil observasi IFSOC, nilai pendanaan startup fintech meningkat namun dengan jumlah penerima pendanaan yang menurun selama tahun 2022.

        Tirta berpendapat startup fintech telah memasuki babak baru di mana investor saat ini lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth. Menurut Tirta, kondisi ini perlu direspon dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan growtg semata seperti pada masa-masa sebelumnya. Hal ini akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan going concern.

        "Sebagaimana yang pernah kami sampaikan sebelumnya dalam catatan akhir tahun 2022 bulan Desember tahun lalu, penyesuaian terhadpa model bisnis yang commercially viable sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjuta," pungkas Tirta.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: