Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Heran Thrifting Dilibas Menterinya Jokowi, Tajamnya Ucapan Elite Megawati: Emang Mudah Cari Kambing Hitam

        Heran Thrifting Dilibas Menterinya Jokowi, Tajamnya Ucapan Elite Megawati: Emang Mudah Cari Kambing Hitam Kredit Foto: Instagram/Adian Napitupulu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menyoroti polemik dari impor pakaian bekas atau thrifting di Indonesia.

        Dirinya geram dengan sejumlah manuver yang dilakukan pemerintah demi menghalangi usaha tersebut.

        Baca Juga: SMS Blast untuk Anies Baswedan, Kode Jangan Macam-macam Walau Belum Resmi Menjadi Calon Next Jokowi!

        Menurutnya, hal tersebut justru malah sebuah tanda akan adanya pencarian kambing hitam untuk suramnya UMKM Indonesia.

        "Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri," kata Adian dalam keterangannya, Sabtu (18/3/2023).

        Menurutnya, pemerintah seharusnya  melakukan evaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, yaitu dengan melatih cara produksi, cara marketing, bahkan kalau perlu membantu para UMKM menerobos pasar luar negeri.

        Lebih lanjut, Adian mengakui dirinya merupakan salah satu penggemar barang bekas. Tidak hanya pakaian bekas tetapi juga bahan bangunan bekas, furniture bekas hingga marmer, tegel bahkan genteng bekas.

        "Bahkan saya membangun desa wisata dan rumah berlantai marmer, pagar stainless, besi WF dari bekas bongkaran rumah dan gudang. Bagi saya membeli bahan bangunan bekas bagian dari komitmen menyelamatkan bumi dengan mengurangi sekian meter pemotongan gunung marmer dan mengurangi penebangan pohon untuk furniture," jelasnya.

        Baca Juga: Menatap Perebutan Kursi Jokowi, Puan Maharani Yakin Jajarannya Dapat Mewujudkan Impian Megawati

        Adian Napitupulu menganggap gerilya barang bekas ini sebagai wisata yang menyegarkan karena menemukan banyak model unik yang tidak didapat di mall, pasar, bahkan Tanah Abang sebagai pasar pakaian terbesar di Asia Tenggara.

        Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, impor pakaian jadi dari negara Cina menguasai 80 persen pasar di Indonesia. Sebagai contoh, di tahun 2019 impor pakaian jadi dari Cina 64.660 ton. Sementara menurut data BPS, pakaian bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 persen dari impor pakaian jadi dari Cina.

        Di tahun 2020 impor pakaian jadi dari China sebesar 51.790 ton sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13 persen dari impor pakaian dari Cina.

        Baca Juga: Masih Jauhnya Pertarungan Guna Dapatkan Kursi Jokowi, Manuver Anies Baswedan Disoroti: Tolong, Sabar Dulu

        Tahun 2021, impor pakaian jadi dari China 57.110 ton. Sementara impor pakaian bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01 persen dari impor pakaian jadi dari China.

        Maka, lanjut dia, impor pakaian jadi dari Cina mencapai 80 persen. Sedangkan, pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam dan beberapa negara lain sekitar 15 persen.

        "Sisa ruang pasar bagi Produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5 persen itu pun sudah diperebutkan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM, dan Pakaian Bekas Impor," ujarnya.

        Sedangkan, lanjut Adian, dari 417 ton impor pakaian bekas itu, tidak semuanya bisa dijual ke konsumen karena ada yang tidak layak jual. Rata-rata yang bisa terjual hanya sekitar 25 hingga 30 persen saja atau di kisaran 100 ton saja.

        "Jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak maka itu juga bisa diperdebatkan karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai," ucapnya.

        Baca Juga: SBY Sudah Merencanakan Secara Matang, Jokowi Malah Jegal Proyek Hambalang: Demi Kepentingan Politik!

        "Dari seluruh angka di atas maka sesungguhnya UMKM kita dibunuh siapa? Mungkin urut-urutannya seperti ini. UMKM 80 persen dibunuh pakaian jadi impor dari China, sementara pakaian jadi impor Cina saat ini tidak dibunuh, tapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor," jelas dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: