Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kirim Pesan Berantai Larang Anies Lakukan Politik di Masjid, Begini Penjelasan Bawaslu

        Kirim Pesan Berantai Larang Anies Lakukan Politik di Masjid, Begini Penjelasan Bawaslu Kredit Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengklaim bahwa adanya pesan berantai atau SMS blast yang melarang bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan menggelar kegiatannya di salah satu masjid di Surabaya, Jawa Timur merupakan upaya preventif pihaknya dalam mencegah adanya kegiatan politik di tempat ibadah.

        Hal itu disampaikan anggota Bawaslu, Lolly Suhenty. "Sesungguhnya saya baru dapat informasi kemarin, tapi ini (pesan berantai) adalah upaya pencegahan yang dilakukan teman-teman Bawaslu Jawa Timur," ujar Lolly di Artotel Suites Mangkuluhur, Jakarta, Sabtu (18/3/2023).

        Baca Juga: Disambut Teriakan 'Presiden 2024', Anies Berjanji di Depan Pendukungnya: Insyaallah Ikhtiar Mendorong Perubahan Bisa Terlaksana

        Kendati demikian, ia menegaskan bahwa hal tersebut juga dapat terjadi kepada orang lain yang menjadikan tempat ibadah untuk kegiatan politik. Tak hanya kepada Anies yang telah resmi diusung sebagai bakal capres oleh Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

        "SMS itu tidak hanya ditujukan kepada Anies, tetapi sesungguhnya kepada seluruh teman-teman yang dalam konteks ini kemudian mulai aktif menyuarakan soal apa, memublikasikan diri," ujar Ketua Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu itu.

        Diketahui, beberapa waktu lalu terdapat pesan singkat terkait kegiatan politik Anies Baswedan di Masjid Al-Akbar Surabaya, Jawa Timur. Pesan singkat berantai tersebut diterima oleh sejumlah warga Jawa Timur.

        "Surat Bawaslu Jatim 123/PM.00.02/K.JI-38/03/2023 Tgl 13 Maret 2023 Melarang Masjid Al-Akbar untuk politik Anies Baswedan yang melanggar aturan Pemilu," bunyi pesan singkat tersebut.

        Anies sendiri pernah menyampaikan bahwa dirinya tak mencuri start ketika menyampaikan pikirannya dalam berbagai forum di berbagai wilayah. Jelasnya, itu merupakan gerakan dari banyak pihak yang menginginkan perubahan bagi Indonesia.

        "Insyaallah pertemuan ini jadi awalan, hari ini yang kita miliki sesungguhnya bukan mencuri start. Kalau mencuri start itu kesannya seperti tengok kanan-kiri, cari kesempatan nyelonong gitu, bukan. Ini adalah head start, bukan mencuri start," ujar Anies dalam acara dialog kebangsaan yang digelar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jaya, Kamis (16/3/2023) malam.

        Ia menganalogikan head start tersebut seperti program akselerasi di sekolah. Sebutnya, yang melakukan akselerasi tersebut bukan dirinya, melainkan tiga partai politik pengusungnya, yakni Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

        Baca Juga: Berani Bahas Politik Identitas ketika Lawan Ahok, Ferdinand Berapi-api Tanggapi Anies: Kenapa Orang Ini Tidak Ditangkap Saja?

        "Yang akselerasi itu bukan saya, yang akselerasi itu tiga partai ini, tiga partai ini melakukan akselerasi. Karena tiga partai ini memikirkan hari ini, tiga partai ini bisa ke mana-mana dengan leluasa," ujar Anies.

        "Ini adalah sebuah gate awal, bukan semata-mata nganggur. Ini akselerasi, hanya mereka yang siap yang memutuskan bergerak lebih awal," sambung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: