Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Saat Jusuf Hamka Bimbang Untuk Putuskan Jadi Mualaf...

        Saat Jusuf Hamka Bimbang Untuk Putuskan Jadi Mualaf... Kredit Foto: YouTube/CURHAT Denny Sumargo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jusuf Hamka merupakan salah satu konglomerat di Indonesia yang dikenal dengan sosok bos jalan tol. Ia kerap menceritakan perjalanan rohaninya sampai memutuskan menjadi seorang mualaf.

        Jusuf Hamka dibesarkan dengan dua keyakinan dari orangtuanya yakni Budha dan Kristen. Dirinya merasa beruntung memiliki orangtua yang moderat. Walaupun hidup beriringan dengan dua keyakinan, kedua orangtuanya tidak memaksakannya untuk berpegang pada salah satu keyakinan mereka.

        “Walaupun ibu saya Budha bapak saya Kristen, saya tidak diajarkan kepada suatu fanatisme. Tidak diharuskan ke gereja, ke klenteng atau apa,” ungkap Jusuf Hamka, dikutip dari kanal YouTube Prestige Production pada Senin, (27/3/2023).

        Jusuf juga menambahkan kalau dirinya baru belajar agama Budha dan Kristen ketika ia duduk di bangku SMA karena adanya mata pelajaran agama.

        Jusuf Hamka menceritakan awal mula dirinya mulai terpikirkan untuk menjadi seorang mualaf ketika ia berusia 17 tahun. Saat itu, ia bersama teman-teman yang lainnya melakukan sunat lalu ditawarkan untuk pindah agama.

        “Seiring berjalannya waktu umur 17 dikala saya di Samarinda temen-temen Tionghoa pada khitanan (sunat). Saya ikut sunat, terus dibilang mau masuk Islam gak?” tuturnya pada Rudy Salim sebagai teman berbincangnya.

        Pada momen itu tentunya ia menolak dengan alasan takut dimarahi kedua orangtuanya. Tidak lama setelah itu, Jusuf Hamka pindah ke Jakarta.

        Saat di Jakarta, hanya ia sendiri yang non muslim. Sehingga ketika bermain bersama teman-temannya dan tiba waktu salat, mereka pulang untuk beribadah salat terlebih dulu.

        Lantaran seringnya menjumpai teman-temannya dipanggil orangtua mereka untuk salat, Jusuf Hamka pun semakin penasaran dengan yang dimaksud salat tersebut.

        “Saya kepengen tahu apa sih salat? Saya tanya ke temen-temen. Salat itu terimakasih kepada Tuhan, kita ingat sama Tuhan, Sang Pencipta katanya sebelum jalan supaya diberkati dikasih selamat dunia akhirat dan dikasih rejeki yang berlimpah. Ini terngiang-ngiang terus,” terangnya.

        Jawaban dari temannya tersebut terus terngiang di benak Jusuf Hamka sampai usianya 24 tahun, dan mulai sudah merasakan adanya hidayah di dalam hatinya tapi masih belum tahu bagaimana caranya untuk masuk Islam.

        Di tengah ketidaktahuan Jusuf Hamka untuk menjadi seorang muslim, ia mendapatkan jalan melalui koran yang ia baca kalau ada seseorang yang masuk Islam di Al-Azhar.

        Membaca kabar tersebut, ia segera mendatangi Al-Azhar seorang diri tanpa sepengetahuan keluarga. Setibanya disana ia bertemu dengan sekretaris masjid Al-Azhar dan mengutarakan keinginannya untuk masuk Islam tetapi ingin mempelajarinya terlebih dulu.

        Tanpa disangka, rupanya sekretaris tersebut justru menelfon Buya Hamka dan membawanya langsung ke rumah Buya Hamka.

        Dirinya pun menyampaikan maksud dan tujuannya pada Buya Hamka untuk menjadi seorang muslim. Dengan tegas, Buya Hamka menyuruhnya untuk masuk Islam saat itu juga.

        “Saya bilang, saya kan harus belajar dulu, ya belajar tinggal ikutin saya saja. Loh kok maksa? Saya bilang,” ujar Jusuf Hamka bercerita.

        Rupanya, bentuk ‘dipaksa’ yang dimaksud oleh Buya Hamka saat itu untuk menghindari dosa karena menunda ia menjadi seorang muslim karena sudah mendapat hidayah.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: