Wacana pembentukan koalisi besar istana jadi perhatian sejumlah pihak beberapa waktu terakhir ini.
Mengenai perkembangan yang ada, Apabila koalisi gemuk terbentuk, besar kemungkinan capres yang bakal diusung Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
Pengamat politik Ujang Komarudin menyebutkan, Prabowo memungkinkan diusung karena menjadi satu-satunya ketum partai yang memiliki elektabilitas dan kursi di parlemen yang kuat. Artinya Gerindra memiliki posisi tawar yang tinggi dibanding ketum-ketum lainnya.
“Kemungkinan besar, koalisi besar kalau terbentuk, terbangun, capresnya adalah Prabowo,” kata Ujang, di Jakarta, Sabtu (8/4/2023).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review melanjutkan, tingginya peluang Prabowo disebabkan pula oleh faktor lain. Misalnya untuk mengusung Ganjar Pranowo sekarang ini menjadi riskan lantaran kontroversi penolakan Timnas Israel yang berujung pada batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
Sikap Ganjar dianggap tidak selaras dengan visi Jokowi yang sejak lama menyiapkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. “Padahal Ganjar sebagai kepala daerah merupakan perpanjangan tangan pusat. Jadi dia kita eliminasi (dari bursa capres koalisi besar),” kata Ujang.
Sedangkan untuk mengusung Anies Baswedan selaku salah satu figur kuat dengan elektabilitas tinggi tidak memungkinkan. Sebab Anies sudah diusung oleh Nasdem, Demokrat dan PKS dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
“Anies juga kita eliminasi. Maka kalau koalisi besar terbentuk kemungkinan besar capresnya Prabowo,” kata Ujang.
Secara internal Gerindra telah menetapkan Prabowo sebagai capres yang diusung pada Pilpres 2024. Gerindra yang menggandeng PKB dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) sejauh ini belum deklarasi capres-cawapres.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) gabungan Golkar, PAN dan PPP. Kendati menjadi pelopor koalisi, KIB masih butuh waktu untuk mendeklarasikan capres.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Impor Beras untuk Antisipasi Kemarau Panjang
Ujang menilai terbuka kemungkinan koalisi besar atau meleburnya KIB-KIR. Namun hal ini sangat bergantung pada dinamika ke depan, khususnya dalam pembahasan teknis capres-cawapres yang bakal diusung. Dia menganggap peluang terbentuknya koalisi besar masih 50:50.
“Koalisi besar itu kemungkinan terbentuk namun probabilitasnya masih 50:50. Artinya mungkin terbentuk, mungkin juga tidak,” ujarnya.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) gabungan Golkar, PAN dan PPP. Kendati menjadi pelopor koalisi, KIB masih butuh waktu untuk mendeklarasikan capres.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: