Airlangga Teken Joint Declaration of Intent (JDoI) Indonesia-Jerman, RI Dapat Untung Apa?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, yang mendampingi Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), melangsungkan pertemuan dengan Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman, Robert Habeck, sebelum acara Hannover Messe 2023, di Berlin, Jerman.
"Kami sangat senang bahwa Indonesia telah kembali ditunjuk sebagai Partner Country Hannover Messe untuk yang ketiga kalinya dan merupakan kehormatan bagi Jerman untuk menerima Presiden Joko Widodo dan delegasi Indonesia dalam kunjungan tersebut, termasuk hasil pembicaraan Presiden RI dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz," ungkap Habeck dalam sambutannya, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (19/4/2023).
Baca Juga: Dorong Penyediaan KUR bagi UMKM, Kemenko Perekonomian Gelar SUPER GEN-CREATION
Airlangga mengatakan, selain promosi industri unggulan Indonesia dalam menerapkan industri 4.0, telah disepakati sejumlah kesepakatan Bisnis dan Government to Business di berbagai sektor seperti renewable energy pada acara Indonesia-Germany Business Summit.
"Dengan estimasi kerja sama senilai US$2 miliar dan diharapkan akan menyerap sebanyak 80.000 pekerja. Hal ini menunjukkan hubungan dan kerja sama ekonomi yang sangat erat dan saling menguntungkan antara Indonesia-Jerman," ujar Airlangga.
Diketahui, sebelumnya pada 11 April 2023, Airlangga dan Habeck secara virtual telah menandatangani kesepakatan pembentukan platform kerja sama ekonomi dan investasi (Joint Declaration of Intent on Indonesia-Germany Joint Economic and Investment Committee/JEIC).
Airlangga menjelaskan, kesepakatan ini nantinya tidak hanya melibatkan kalangan pemerintah, tetapi dirancang melibatkan swasta dengan tujuan meningkatkan kerjasama sektor ekonomi dan investasi.
"Joint Committee tersebut mencakup sektor yang cukup luas, yakni perdagangan, industri, investasi, lingkungan hidup dan sumber daya alam, energi, maritim, pariwisata, kesehatan, pendidikan vokasi dan pelatihan tenaga kerja, penelitian dan inovasi, ekosistem bisnis rintisan/startup, dan pengembangan UMKM," terangnya.
Kedua menteri telah membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian bersama termasuk upaya mempercepat penyelesaian Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), upaya hilirisasi industri di Indonesia, isu lingkungan dan ekonomi hijau, serta transisi energi.
"Indonesia memiliki komitmen kuat di bidang lingkungan, termasuk isu berkelanjutan dan deforestasi. Namun demikian, upaya penguatan tersebut jangan sampai merugikan livelihoods/penghidupan dari para petani kecil dan kalangan UMKM," tukas Airlangga.
Sebagaimana dijelaskan Airlangga, upaya Komisi Eropa yang telah meluncurkan legislasi Deforestation Free Product beberapa waktu yang lalu dinilai akan mempersulit akses pasar sejumlah komoditas Indonesia seperti minyak sawit, kakao, kopi, dan kayu ke Uni Eropa.
Ditegaskan bahwa produk komoditas tersebut telah diolah sesuai standar berkelanjutan/sustainability yang telah diterapkan secara global.
"Untuk itu Indonesia berharap Jerman dapat membantu mendorong kerja sama konkret dalam pengakuan standar berkelanjutan yang telah diterapkan oleh Indonesia di sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan," tuturnya.
Seiring dengan hal tersebut, Airlangga berujar, Indonesia juga telah sepakat bersama-sama negara-negara G7/G20 untuk mereduksi emisi gas buang dengan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan guna mengurangi penggunaan fossil fuel, melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP).
Baca Juga: Perekonomian Tiongkok Dibuka, BI Semakin Yakin Ekonomi Global Bisa Tumbuh 2,6% di 2023
Dengan platform kerja sama yang baru disepakati, kedua menteri sepakat untuk mendorong percepatan penyelesaian perundingan IEU-CEPA yang akan memasuki putaran ke-14 di Brussel bulan Mei.
"Dalam kaitan ini kedua negara juga sepakat menerapkan sikap fleksibilitas dan pragmatisme dalam perundingan untuk mencari solusi, terutama isu sustainability. Jerman sebagai ekonomi terbesar di Eropa siap membantu percepatan penyelesaian perundingan IEU-CEPA," ucap Airlangga.
Dalam hal hilirisasi industri, khususnya pertambangan, Indonesia terbuka bagi investasi asing (Foreign Direct Investment) guna meningkatkan nilai tambah (added value) dan rantai nilai (value chain) global berpedoman pada aspek berkelanjutan.
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia telah menerapkan digitalisasi tata niaga/keseimbangan komoditas pokok untuk menjaga inflasi kebutuhan pokok dasar masyarakat dan bukan bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan importasi bahan pokok.
Sebagai tindak lanjut, kedua menteri sepakat membentuk kelompok kerja dibawah platform JEIC, salah satunya bidang energi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga serta menugaskan pejabat senior kedua negara untuk membahas dan segera mengimplementasi kesepakatan tersebut.
Pada kesempatan tersebut, Airlangga mengusulkan peningkatan kerja sama pengembangan kapasitas produksi industri semikonduktor di mana perusahaan Jerman telah beroperasi sejak 1995 di Indonesia mengingat produk semikonduktor saat ini sangat penting.
Selain itu, Airlangga juga menambahkan, penguatan kerja sama pembangunan produksi panel surya di Indonesia dengan Jerman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Puri Mei Setyaningrum