Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Islah Bahrawi soal Pelaku Penembakan di Kantor MUI: Bukan Terorisme

        Islah Bahrawi soal Pelaku Penembakan di Kantor MUI: Bukan Terorisme Kredit Foto: Instagram/Islah Bahrawi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sosok pelaku penembakan di kantor pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI), penembakan dilakukan oleh Mustofa NR, warga yang tercatat ber-KTP Lampung ini mengakibatkan dua orang staf MUI terluka.

        Pengamat terorisme Islah Bahrawi secara lengkap memberika profil Mustofa, dan berikut uraiannya:

        Almarhum Mustofa mengaku sebagai "wakil nabi" Muhammad SAW karena mendapat bisikan gaib sejak tahun 1982 silam. Bisikan gaib itu didapatkan dirinya saat ia sedang sakit di gunung daerah Tenumbang, Krui, Pesisir Barat.

        "Mus saya Nabi Muhammad, katakan kepada semua orang bahwa kamu adalah Rasulullah yang keduaā€¯. Kemudian ditahun 1992 lalu, kata Mustofa, ia bermimpi lagi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu, konon Nabi mengajarkan dirinya mengaji.

        Selanjutnya pada tahun 2003, Mustofa merasa bisa mempersatukan manusia di dunia ini. Sejak itulah, ia meyakini kalau dirinya benar-benar sebagai "wakil nabi", lalu ia mencoba menemui para alim ulama setempat, untuk mengkonsultasikan dirinya sebagai "wakil nabi".

        Saat itu para alim ulama tidak membenarkan pengakuannya. Karena rasa penasarannya, ia kembali mencoba untuk menemui pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. pada tahun 2011, ia mendatangi kantor media massa dan mengumumkan bahwa dirinya sebagai wakil nabi.

        Apakah penembakan yang dilakukan oleh Mustofa ini masuk kategori terorisme? Menurut saya kurang pas jika terma "TERORISME" dipakai dalam aksi ini, karena motifnya bukan menimbulkan ketakutan masif melainkan lebih kepada sakit hati akibat eksistensinya selaku "wakil nabi" tidak ada yang mau mengakui. Wa bil khusus kepada MUI, lembaga yang menurut Mustofa seharusnya mengakui.

        Kesimpulan saya, pelaku adalah orang yang terdampak pemahaman agama yang salah, sehingga berpengaruh terhadap kondisi kejiwaannya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: