Mimpinya Terhalang Komando Jokowi, Nasib Prabowo Disoroti: Pilihannya, Cawapres atau Nonton Saja
Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio buka suara terkait dengan kelangsungan perpolitikan jelang Pilpres 2024.
Menurutnya, akan ada sebuah kejutan besar, yakni pemilihan presiden hanya akan diikuti oleh dua calon. Hal tersebut karena manuver dari Joko Widodo alias Jokowi.
Baca Juga: Disebut Penerus Jokowi, Enam Catatan Hitam Ganjar Pranowo Disoroti: Tambang Wadas Hingga Film Porno
Hendri mengatakan hal tersebut sudah disinyalkan oleh salah satu ketua umum partai politik, mereka tegak lurus dengan komando mantan gubernur tersebut.
"Maka saya menduga hanya tinggal 2 paslon. Kenapa saya bilang enggak 3? Karena pada saat koalisi besar terbentuk, itu partai koalisi itu mengatakan satu komando dengan pak Jokowi, minimal itu yang disampaikan oleh Zulhas," kata Hendri di Jakarta Pusat, Rabu (3/5/2023).
Sebab lain yang bisa mendorong hanya dua paslon, yakni posisi Prabowo Subianto yang terhambat keinginannya sendiri untuk menjadi calon presiden atau capres. Hendri mengibaratkan Prabowo sudah dipaku mati sehingga otomatis sulit menjadi capres. Terlebih setelah pertemuan antara Presiden Jokowi dengan enam ketua umum partai di Istana, Selasa (2/5/2023) malam.
Belum lagi partai-partai di koalisi pemerintahan yang cenderung tegak lurus dengan kehendak Jokowi.
Selain itu, Hendri mengatakan Prabowo saat ini sangat bergantung dengan kehadiran Muhaimin Iskandar. Keduanya juga sudah terikat kerja sama di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Sementara Muhaimin atau Cak Imin sejauh ini belum mengumumkan diri untuk bersedia menjadi cawapres bagi Prabowo.
"Jadi artinya ini enggak ketemu nih, sangat mungkin kemudian Cak Imin ini tegak lurus komandonya Pak Jokowi sehingga memang enggak ketemu. Jadi pak Prabowo kalau mau menjadi kontestan pemilu hari ini pilihannya cuma cawapres atau dia nonton saja," tutur Hendri.
Tetapi posisi itu bisa juga berbalik. Artinya Prabowo menjadi capres, sedangkan Ganjar Pranowo cawapres. Tentu dengan syarat keikhlasan Megawati Soekarnoputri beserta jajaran PDIP yang kadung mengusung Ganjar.
Kelihaian Prabowo juga diperlukan untuk merayu Megawati agar luluh mau berbalik mendukung pencapresan dirinya. Salah satu cara yang bisa ditempuh ialah perjanjian Batutulis pada 2009 silam.
Baca Juga: Sibuk Undang Ketum Parpol ke Istana, Jokowi Diminta Urus Hal yang Lebih Penting
"Kecuali Pak Prabowo bisa meyakinkan Ibu Mega bahwa ada sebuah perjanjian di Batutulis yang belum dipenuhi oleh Bu Mega, kemudian Pak Prabowo berhasil meyakinkan baru bisa tuh Prabowo-Ganjar. Mungkin di 2024 perjanjian Batutulis yang tertunda itu bisa terjadi," kata Hendri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar