Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan Sektor Kredit Swasta Ungkap Peluang, Risiko, dan Manfaatnya sebagai Kelas Aset Berkembang

        Laporan Sektor Kredit Swasta Ungkap Peluang, Risiko, dan Manfaatnya sebagai Kelas Aset Berkembang Kredit Foto: Alta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Marketplace digital untuk aset alternatif di Asia Tenggara, Alta, meluncurkan Laporan Sektor Kredfit Swasta untuk investor Asia yang dibuat bersama perusahaan penasihat dan riset investasi, Aletheia Capital.

        Dilansir dalam siaran persnya pada Senin (29/5/2023), laporan tersebut berisi pasar kredit swasta diperkirakan akan berkembang lebih jauh. Alasannya, laporan tersebut menilai manfaat dan risiko dari kredit swasta (private credit) sebagai kategori investasi.

        Di samping itu, kredit swasta juga menawarkan hasil lebih tinggi dibanding investasi pendapatan tetap tradisional, dengan imbal hasil mencapai 3%-4% di atas sekuritas Treasury Amerika Serikat. 

        Baca Juga: Dongkrak Kredit Double Digit, BI Pastikan Likuiditas Perbankan Masih Longgar

        Menurut co-founder dan Chief Commercial Officer Alta, Benjamin Twoon mengungkapkan bahwa kredit swasta adalah salah satu kelas aset yang paling cepat bertumbuh beberapa tahun terakhir. Pihaknya gembira meluncurkan laporan Sektor Kredit Swasta dengan bekerja sama dengan Aletheia Capital. 

        “Ini menunjukkan komitmen kami untuk membantu investor untuk mempertimbangkan alternatif peluang investasi, termasuk produk-produk kredit swasta seperti kredit senior dan utang usaha sebagai cara untuk meningkatkan imbal hasil sambil memitigasi risiko makro,” ujar Twoon dalam keterangan tertulisnya. 

        Seiring dengan meningkatnya permintaan produk kredit swasta yang beragam dan fleksibel, pasar kredit swasta diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat menjadi US$1,2 triliun (setara dengan 17 kuadriliun Rupiah atau Rp17.959 triliun) dari 2012 ke 2022.

        Laporan UBS Global Family Office 2022 menyatakan 27% investor mengambil kredit swasta, meningkat dari 8% pada 2017. Selain itu, dengan meningkatnya minat family office terhadap kredit swasta, hal ini juga akan menjadi kelas aset di tengah meningkatnya suku bunga dan lonjakan inflasi.

        Kemudian, utang ventura (venture debt) mungkin akan menjadi salah satu bentuk utama kredit swasta di Asia karena banyaknya investor yang ingin melakukan investasi di perusahaan-perusahaan rintisan tahap awal. Sebagai gambaran, sebanyak US$12,1 miliar (setara dengan Rp180 miliar) telah dicairkan pada tahun 2021, empat kali lipat dari angka di tahun 2018 yaitu US$3,2 miliar (setara dengan Rp47 triliun).  

        Head of Consumer and Internet Aletheia Capital, Nirgunan Tiruchelvam menambahkan kredit swasta akan menyediakan imbal hasil yang cenderung stabil dan memberi diversifikasi.

        “Kredit swasta akan menyediakan imbal hasil yang unggul, cenderung lebih stabil, dan memberikan diversifikasi. Kami dengan senang mengeluarkan wawasan dan pandangan kami mengenai kredit swasta bersama dengan Alta, yang memberikan opsi terluas dalam mengakses kredit swasta untuk para investor yang terakreditasi.” 

        The Fed AS akan terus meningkatkan suku bunga di tahun 2023 untuk menormalisasi suku bunga pada tahun-tahun mendatang. Untuk itu, kredit swasta hadir sebagai sumber pembiayaan penting setelah krisis finansial global, karena bank menarik diri mengeluarkan pinjaman kepada perusahaan swasta dengan meningkatnya regulasi.

        Kini, Alta memperluas aksesnya ke beragam aset alternatif, termasuk kredit swasta sekaligus meningkatkan likuiditas di pasar tradisional tidak cair. Adopsi aset alternatif, termasuk kredit swasta telah memiliki daya tarik dan peminat di antara para investor di Indonesia sebab ketersediaan peluang investasi yang luas. Menurut data dari Bain & Company, adanya peningkatan minat tersebut juga akan meningkatkan investasi institusional yang akan meningkat sampai 8% di dekade berikutnya.

        Salah satu bentuk aset alternatif berasal dari Indonesia, yakni koleksi digital dari Batik Iwan Tirta. Pada awal Maret, Alta mengumumkan kerja sama dengan Iwan Tirta Private Collection, untuk membawa Batik sebagai aset alternatif digital.

        Hal ini didasarkan atas semakin berharganya batik, nilai ekspornya yang bertumbuh hingga US$533 juta (setara dengan Rp8 triliun) pada tahun 2020 dan US$158 juta (setara dengan Rp2 triliun) pada kuartal pertama tahun 2021 berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Hal ini juga didorong oleh pencantumannya dalam daftar Warisan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO.

        Sebagai aset mewah, abadi, dan langka, pengenalan tokenisasi Batik akan memungkinkan lebih banyak orang untuk berinvestasi dan menghargai warisan Indonesia ini.

        Alta akan memperkuat komitmennya untuk merevolusi akses pasar swasta dan likuiditas pada wilayah ini. Untuk beberapa bulan berikutnya, Alta akan meluncurkan produk-produk baru dan banyak peluang di Asia Tenggara dengan membawa layanan end-to-end

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: