Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Desentralisasikan Industri Hiburan dengan Web3, Seniman Bisa Ubah Karya Jadi Aset Digital

        Desentralisasikan Industri Hiburan dengan Web3, Seniman Bisa Ubah Karya Jadi Aset Digital Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri perfilman telah menjadi salah satu sektor yang berperan penting dalam hiburan. Namun, selama bertahun-tahun, banyak pencipta dan seniman mengalami kendala dalam keterbatasan kreativitas dan akses dalam industri ini.

        Oleh karena itu, Web3 hadir untuk memberikan kebebasan kepada mereka. Web3 merupakan generasi ketiga dari perkembangan web yang menggunakan teknologi blockchain.

        Pendiri Yingarena, Yingying Sun menjelaskan bahwa industri hiburan membutuhkan blockchain karena seniman dan penggemar sama-sama mendapat manfaat dari perubahan yang dapat dihasilkan oleh teknologi. Sistem terdesentralisasi tidak hanya menawarkan keuntungan yang signifikan dalam hal memberi orang akses ke konten, tetapi juga dapat digunakan untuk memastikan pembuat konten mendapat kompensasi yang adil.

        Baca Juga: Saatnya Beralih ke Web3: Kamu Punya Kendali Penuh atas Datamu Sendiri

        “Sebagian besar seniman efek visual dan animator adalah salah satu pencipta yang paling diremehkan dan dibayar rendah di seluruh industri. Begitu banyak kekurangan dalam industri film adalah alasan mengapa kita membutuhkan blockchain untuk mendistraksi, mengubah, dan merevolusi industri kuno ini,” terang Sun, dikutip dari kanal Youtube TEDx Talks pada Rabu (12/7/2023).

        Menurutnya, Web3 merupakan jaringan aman dan terdesentralisasi, yang memberikan kemampuan bagi para pencipta untuk mendistribusikan konten mereka sendiri dengan mempertahankan kepemilikan penuh.

        Dalam era ini, sebuah film dapat diterbitkan dan didistribusikan secara langsung kepada penonton tanpa perantara atau kebijakan yang membatasi kreativitas. Ini memberikan kebebasan dan kemandirian yang sebelumnya sulit dicapai dalam industri perfilman.

        “Web3 memiliki kekuatan untuk mendistribusikan kontennya sendiri dengan tetap mempertahankan kepemilikan penuh. Seseorang dapat mengirimkan filmnya ke setiap penonton secara langsung di seluruh dunia melalui jari-jarinya, dan mereka dapat melacak setiap transaksi di blockchain dan menganalisis cakupan pasar filmnya. Jadi, di Web3 tidak ada distributor, tidak ada pelepasan haknya, dan tidak ada anggaran pemasaran yang gila,” imbuhnya.

        Salah satu aspek penting dari Web3 adalah penggunaan teknologi Non-Fungible Token (NFT). Dalam konteks perfilman, NFT memungkinkan pengguna untuk mengubah karya mereka menjadi aset digital yang unik dan dapat diverifikasi.

        Film, skrip, konsep artistik, dan bahkan adegan individu dapat diperdagangkan sebagai NFT, yang memberikan peluang baru untuk crowdfunding dan membangun komunitas investor dan konsumen yang berpartisipasi aktif dalam proyek film yang mereka dukung.

        Dengan NFT, pencipta film dapat mengumpulkan dana dan royalti untuk produksi mereka melalui penjualan token digital mereka kepada investor dan penggemar yang tertarik. Dengan demikian, NFT berfungsi sebagai sarana crowdfunding yang menghubungkan pencipta dengan modal yang mereka butuhkan, sambil memberikan investor potensi keuntungan jika film tersebut sukses di pasaran.

        “Di Web3, (pencipta) dapat mengubah karyanya menjadi NFT dan menggunakannya untuk crowdfunding membangun komunitas investor dan konsumen. Ingat artis efek visual yang saya sebutkan sebelumnya, mereka dapat menggunakan NFT untuk mengumpulkan royalti saat konten mereka digunakan,” ungkapnya.

        Ia mengatakan blockchain dalam industri perfilman menghadirkan masa depan yang menjanjikan, di mana kekuatan kreativitas dan kepemilikan kembali berada di tangan seniman. Dalam hal ini, desentralisasi dan penggunaan teknologi blockchain memberikan fondasi yang kuat untuk meningkatkan keterlibatan dan partisipasi dalam industri ini.

        Baca Juga: Berangkat dari Kegelisahan, Nusa Finance Hadir sebagai Proyek Blockchain dan Web3 di Indonesia

        “Jadi, saya katakan blockchain adalah masa depan. Sebagai seniman, pencipta, dan pembuat film, tidak ada waktu seperti hari ini untuk terlibat dalam Web3. Di situlah kami dapat memproduksi dan jaringan Anda. Di situlah kami dapat berinvestasi dan mengamankan pendanaan. Di situlah komunitas pembuat film yang berpikiran sama dapat bersatu menciptakan dan mengatur diri sendiri. Itulah janji desentralisasi, janji transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nevriza Wahyu Utami
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: