Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ketidakpastian Geopolitik Ciptakan Lonjakan Pendapatan Perusahaan Tambang

        Ketidakpastian Geopolitik Ciptakan Lonjakan Pendapatan Perusahaan Tambang Kredit Foto: Unsplash/Dominik Vanyi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PwC Indonesia Energy, Utilities and Resources Lead Advisor, Sacha Winzenried mengatakan, laporan Mine terbaru menemukan ketidakstabilan geopolitik tahun 2022 telah menyebabkan lonjakan permintaan batu bara.

        Laporan berjudul 2023 Mine: The era of Reinvention tersebut juga mencatat bahwa batu bara menjadi kontributor terhadap pendapatan top 40 perusahaan tambang, yaitu sebesar 28%.

        Sacha menilai, meskipun peran batu bara termal akan terus ada dalam memenuhi kebutuhan energi global di masa mendatang dan jalan menuju emisi net zero tidak akan melihat pengurangan linear pada penggunaan batu bara dari tahun ke tahun, arah bisnis batu bara cenderung turun.

        Baca Juga: Saat Ini Permintaan Mineral Kritis Tinggi, Era Ini Sarat Peluang bagi Perusahaan Tambang

        "Terlepas dari pertumbuhan batu bara tahun ini, para pemimpin PwC Mining memperkirakan pendapatan batu bara akan turun pada 2023 seiring meningkatnya pasokan dan kembali normalnya permintaan," ujar Sacha dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (17/7/2023). 

        Sacha mengatakan, dalam daftar top 40 perusahaan tambang, jumlah perusahaan tambang dengan pendapatan dari batu bara turun dari 19 perusahaan pada 2012 menjadi 11 perusahaan pada 2022. 

        Selain itu, Sacha melihat tren utama yang teridentifikasi dalam laporan PwC tahun ini begitu relevan dengan Indonesia.

        Pasalnya, laporan tersebut melihat adanya peningkatan fokus pada dekarbonisasi dan memaksimalkan nilai mineral kritis untuk transisi energi dan rantai pasokan electric vehicle (EV).

        Tahun ini salah satu perusahaan batu bara Indonesia berhasil masuk ke dalam top 10 perusahaan tambang global berdasarkan kapitalisasi pasar, didukung oleh kenaikan harga batu bara yang signifikan untuk memenuhi persyaratan keamanan energi.

        "Untuk pertama kalinya sejak 2010, batu bara menjadi kontributor terbesar terhadap total pendapatan di top 40, meningkat dari 23% menjadi 28%. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh harga, dengan harga spot rata-rata dalam beberapa kasus menjadi dua kali lipat sepanjang tahun," ujar Sacha.

        Baca Juga: PwC: Perusahaan Tambang Perlu Ciptakan Strategi Hadapi Transisi Energi

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: