Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berawal dari Kepepet, Nanik Sukses Buat Pangan Lokal Jadi Berkelas Lewat Pisang Goreng Madu Bu Nanik

        Berawal dari Kepepet, Nanik Sukses Buat Pangan Lokal Jadi Berkelas Lewat Pisang Goreng Madu Bu Nanik Kredit Foto: Fajria Anindya Utami
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berawal dari catering di tahun 1994 untuk hotel berbintang, Nanik Soelistiowati biasa memberikan jamuan dengan berbagai macam buah, salah satunya adalah pisang. Namun, sewaktu-waktu, Nanik menerima banyak reject pisang hingga dirinya yang pantang membuang-buang makanan, membuat pisang tersebut menjadi sale. Namun, lama-lama ia pun bosan dan kemudian pisang tersebut digoreng.

        Dalam acara "Konferensi Pers Sambut HUT 14, Tokopedia #TraktirUltah dan Bicara Inisiatif serta Dampak Setahun ke Belakang", Nanik bercerita bahwa sang ibunda merupakan penderita diabetes, yang setiap kali memakan pisang goreng dengan gula pasir, gula darah sang ibunda langsung meningkat.

        Baca Juga: Geliat Sepatu Lokal Makin Menjanjikan, Sepatu Kanky Laris Manis, Terjual Ratusan Pasang Setiap Harinya

        Sehingga, suatu hari ia memikirkan cara agar gula darah ibunya tidak meningkat dengan mengganti gula pasir menjadi madu. Setelah itu, usai mengonsumsi pisang goreng madu buatan Nanik, gula darah sang ibunda tidak terlalu meningkat.

        “Produk ini dibuat tidak sengaja. Waktu itu, saya ingin buat pisang goreng untuk ibu saya yang tidak bisa makan gula, jadi saya ganti madu,” jelas Nanik.

        Akhirnya, pada suatu hari, produk pisang goreng ini pun dikeluarkan di jam snack untuk catering. Tetapi, Nanik mendapat kritik keras lantaran warna dan bentuk pisang goreng madu tersebut seperti pisang goreng gosong. Jadilah Nanik tak lagi mengeluarkan produk tersebut untuk catering hotel.

        Hingga suatu ketika, ada seseorang yang mencoba pisang goreng madu 'gosong' buatan Nanik yang justru ketagihan. Orang itu pun meminta pisang goreng madu buatan Nanik untuk kembali dikeluarkan. Nanik pun menegaskan bahwa itu bukan gosong, melainkan pisang goreng madu yang harga bahan bakunya saja sudah mahal.

        Sampai di satu titik, ibu-ibu pengajian meminta pisang goreng madu untuk dijual. Tetapi Nanik enggan dan akhirnya membuatkan secara cuma-cuma. Namun, lama kelamaan orang tersebut sungkan dan meminta Nanik untuk mematok biaya. Dari sanalah Pisang Goreng Bu Nanik tercipta, dari harga Rp1.000 di tahun 2007.

        Untuk menjaga kualitas produk, sampai saat ini Nanik masih terjun sendiri untuk memantau proses produksi. Dengan gaya ikonik dan khas, Nanik selalu bersedia tampil dengan kebaya hijaunya. Sosok yang rendah hati ini pun menuturkan bahwa Pisang Goreng Madu Bu Nanik bergabung di Tokopedia sejak tahun 2017.

        “Di Tokopedia, kami memperbanyak produk. Bukan hanya gorengan, tetapi juga produk oleh-oleh khas Nusantara. Berkat Tokopedia dan mitra logistiknya, Pisang Goreng Madu Bu Nanik bisa memperluas jangkauan pengiriman ke seluruh Indonesia dan tentu meningkatkan penjualan,” ujar Nanik.

        Meski demikian, Pisang Goreng Madu Bu Nanik tidak memakai bahan pengawet, sehingga hanya tahan 2-3 hari. Setiap kali ada orang yang melakukan jastip alias jasa titip, pihak jastip tersebut akan membekukan produk Nanik sendiri sebelum akhirnya diterima konsumen.

        Nanik juga menuturkan bahwa dirinya tidak akan menjual produk yang tidak laku untuk keesokan harinya.

        "Kalau ada produk yang tidak terjual hari ini, lebih baik saya sumbangkan ke panti asuhan. Saya tidak akan menjual produk yang tidak laku untuk keesokan harinya," tutur Nanik.

        Kemudian, terkait penerus bisnis, Nanik berujar bahwa dirinya sudah mempersiapkan anak-anaknya untuk melanjutkan tongkat estafet bisnis. Salah satu anaknya ada yang bersekolah hingga ke Inggris dengan jurusan kuliner. Ada juga yang menempuh pendidikan manajemen bisnis di Kanada.

        Nanik sendiri mengaku bahwa dirinya belajar masak secara otodidak. Dan pengembangan produk tetap dilakukan sendiri olehnya.

        Lebih lanjut, Nanik berkata bahwa dirinya berbisnis karena 'kepepet' lantaran bisnis suaminya di ekspor garmen harus gulung tikar. Terlebih, Nanik adalah anak tunggal yang harus menghidupi kedua orang tuanya. Sehingga, dirinya yang dulunya manja bisa tangguh seperti sekarang ini.

        Adapun produk yang dikembangkan Nanik selain pisang goreng madu yaitu nanas, sukun, cempedak, ubi hingga nangka. Kemudian ada juga martabak granat, tahu tempur, ote-ote, dadar jagung, nasi bakar, kopi hingga coklat.

        Terakhir, Nanik memberikan tips untuk para pebisnis, khususnya UMKM, ia menuturkan bahwa pemilik bisnis harus memiliki ide kreatif. Jangan malah impor produk dari luar karena Indonesia kaya sekali dengan beragam produk lokal, seperti pisang goreng yang sudah terkenal dan familiar bagi masyarakat Indonesia. Terlebih, pisang goreng telah dinobatkan sebagai dessert terbaik di dunia, mengalahkan churros dari Eropa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: