Reku Beberkan Strategi Optimalkan Aset Kripto di Tengah Volatilitas Pasar: Salah Satunya Staking
Platform pertukaran aset kripto Indonesia, Reku, mengamati bahwa pergerakan pasar kripto masih cenderung volatil secara signifikan selama sepekan terakhir. Mengutip dari data Coinmarketcap pada Selasa (22/8/2023) pagi, harga sejumlah aset seperti Bitcoin melemah 11,14 persen dan berada di level US$26.153,42 per koin atau Rp400,79 juta (dengan kurs Rp15.324,70 per US$).
Dilansir dari keterangannya pada Selasa (22/8/2023), tidak hanya Bitcoin saja yang melemah, melainkan Ethereum (ETH) dan Binance Coin (BNB) turut melemah. ETH melemah 9,24 persen dalam sepekan, berada di level US$1.670 atau Rp25,6 juta. Sementara BNB melemah 12,05 persen dalam sepekan, yang membuatnya berada di harga US$211,53 atau Rp3,24 juta per koin.
Meskipun ada potensi untuk menghijau, kondisi volatilitas tersebut tetap perlu diperhatikan investor aset kripto untuk menyusun kembali strategi investasinya. Chief Operating Officer (COO) Reku, Robby menjelaskan bahwa investor perlu meriset lebih dalam dan memahami profil risiko di tengah volatilitas pasar tersebut.
Baca Juga: Gandeng Startup Pengembang AI, Universitas Top di Inggris Mau Analisis Pasar Kripto
“Ini penting untuk membantu investor dalam membuat perencanaan yang matang. Investor juga dapat lebih bijak dalam memilih jenis aset yang sesuai dengan profil risikonya,” ujar Robby.
Robby melanjutkan, investor dapat memilih sejumlah teknik untuk mengoptimalkan aset, misalnya Dollar Cost Averaging (DCA), yang memungkinkan investor untuk membeli aset secara rutin dan disiplin. Kemudian, staking atau mengunci aset untuk memperoleh pendapatan pasif (passive income).
Mengenai staking, Reku sebagai pedagang aset kripto yang terdaftar di Bursa Kripto Indonesia atau Commodity Future Exchange (CFX), mencatat bahwa fitur staking dapat menjadi salah satu pilihan utama di tengah kondisi volatil.
Fitur staking memungkinkan pengguna untuk mendapatkan imbal atas partisipasi investor—yang juga pengguna Reku—dalam perkembangan blockchain hingga 12,5% per tahun. Selain itu, pengguna juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga per koinnya serta bisa melakukan stake dan unstake secara fleksibel.
Karena itu, Robby menyatakan Reku mencatat pertumbuhan volume pada fitur Reku hingga 100% sejak Juni, dengan 70% pengguna berasal dari kelompok milenial yang menggunakan fitur staking.
“Tingginya partisipasi milenial pada staking menunjukkan tingginya permintaan dalam fitur ini serta kecermatan mereka dalam berinvestasi di aset kripto. Sebab melalui staking, investor tetap bisa memperoleh pendapatan pasif berkelanjutan selagi menanti pasar masuk ke zona hijau. Sehingga pilihan ini terbilang cukup strategis,” ujar Robby.
Soal perizinan, Reku mendapatkan perizinan staking oleh Bappebti. Robby menambahkan, pengguna yang melakukan staking juga dapat melihat setiap transaksi di blockchain melalui wallet address Reku.
Masih soal volatilitas pasar, Robby menambahkan bahwa fitur staking di Reku dapat menjadi kebutuhan investor aset kripto untuk tujuan jangka menengah dan panjang.
“Kehadiran fitur staking di platform Reku menjadi langkah strategis untuk mempertahankan appetite serta menjawab kebutuhan investor. Termasuk bagi investor dengan tujuan jangka menengah hingga panjang, fitur staking cocok untuk diversifikasi portofolio dan membantu mengurangi risiko terkait volatilitas harga satu jenis aset kripto,” lanjut Robby.
Lantas, koin apa saja yang bisa di-staking di Reku? Di antaranya adalah Ethereum (ETH), Cardano (ADA), Polygon (MATIC), Solana (SOL), Polkadot (DOT), dan Tezos (XTZ).
Baca Juga: SpaceX Milik Elon Musk Dilaporkan Jual Rp5,6 Triliun Bitcoinnya Pada 2021-2022
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: