Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        DPR Bocorkan Penyebab Gejolak Harga Beras, Ternyata...

        DPR Bocorkan Penyebab Gejolak Harga Beras, Ternyata... Kredit Foto: Antara/Kornelis Kaha
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PKS, Amin Ak menyorot tajam belum stabilnya harga beras meski komoditas tersebut ketersediannya aman dalam pasaran dari Indonesia.

        Ia menilai hal ini terjadi karena belum maksimalnya distribusi yang dilakukan oleh Perum Bulog. Ia mendorong hal tersebut untuk segera mendapatkan perhatian dari lembaga tersebut demi keamanan dari pasar.

        Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Tindak Tegas Industri Bandel Penyebab Polusi Udara

        Operasi pasar secara besar-besaran salah satunya bisa dilakukan. Amin meyakini hal ini bisa mempengaruhi psikologis pasar dan meredam gejolak harga.

        “Perum Bulog mengatakan bahwa stok beras saat ini lebih dari cukup. Hingga akhir tahun 2023 ini stok beras milik Bulog aman. Masalah utama sekarang, bagaimana menyakinkan pasar dengan percepatan stabilisasi stok dan harga beras,” tegas Amin, dilansir pada (11/9).

        Pemerintah, lanjut Amin, telah menetapkan kenaikan harga beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog sebesar Rp 54.500 untuk ukuran lima kilogram (kg) per 1 September 2023. Harga ini naik Rp 7.000 dari sebelumnya yang sebesar Rp 47 ribu untuk lima kg.

        “Namun harga tersebut masih jauh dibawah harga pasar beras medium saat ini yang sudah diatas Rp.12 ribu per kg,” imbuhnya.

        Baca Juga: Soal Polusi Udara, DPR: Yang Kakap Dulu Ditindak, Bukan Malah Rakyat

        Selain konsumen akhir, Amin juga mendorong Bulog untuk menggandeng para pedagang beras, khususnya kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) dalam mendistribusikan beras Bulog.

        “Hanya saja memang perlu pengawasan ekstra agar beras Bulog tidak dioplos seperti beberapa waktu lalu,” jelas Amin.

        Menurut Amin, kecilnya pasokan beras yang diterima pedagang beras kelompok UKM ini menjadi faktor yang mempengaruhi melambungnya harga beras. Padahal Bulog mengklaim sudah melalukan operasi beras.

        Baca Juga: Sandiaga Apresiasi Dukungan Komisi X DPR dalam Pembahasan RKA-KL Kemenparekraf TA 2024

        “Memang ada keterlambatan operasi pasar, tetapi setelah operasi pasar dilakukan Bulog mestinya harga ikut turun. Ini kok nggak, artinya psikologis pasar masih belum bisa ditenangkan oleh operasi pasar ini,” kata Amin.

        Wakil Rakyat dari Dapil Jatim IV itu juga meminta Kementerian Pertanian (Kementan) ikut menenangkan pasar. Kementan menjamin akhir tahun ini akan ada panen dalam jumlah cukup besar setelah Kementan meluncurkan program jumlah tanam tambahan seluas 500 ribu hektar.

        “Jika rata-rata dihasilkan 5,5 ton per hektar saja, maka akan ada tambahan produksi 2,75 juta ton gabah atau setara sedikitnya 1,65 juta ton beras. Jumlah tersebut merupakan bagian dari antisipasi dampak el nino yang membuat produksi turun,” ujarnya.

        Kementan memprediksi, el Nino akan berdampak pada turunnya produksi sebesar 5% atau setara 1,5 juta ton. Sehingga secara agregat, produksi beras semestinya mencukupi hingga kwartal pertama tahun 2024.

        Namun demikian, Amin mengingatkan Bulog agar bergerak cepat untuk menyerap gabah petani. Karena saat ini, Bulog harus bersaing dengan pemain-pemain besar yang berani membeli gabah petani dengan harga tinggi.

        Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Pertahankan PLTU, Ini Alasannya

        “Fenomena harga gabah tinggi ini harus diantisipasi agar lonjakan harga beras tidak berlarut-larut hingga tahun depan,” kata Amin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: