Perusahaan Indonesia dan Australia Berkolaborasi Hasilkan Baja Emisi Nol Bersih
Perusahaan baja terkemuka di Indonesia PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu anggota Gunung Steel Group, makin mantap bertransformasi menuju masa depan yang lebih hijau dan inklusif.
Dengan menerapkan teknologi Australia pada fasilitas produksinya, GRP berencana mengurangi emisi karbon industri baja melalui peralihan dari gas alam ke hidrogen ramah lingkungan.
Inisiatif ini didukung pemerintah Indonesia dan Australia melalui sebuah studi kelayakan teknis yang dilakukan Katalis, program pengembangan bisnis bilateral bentukan kedua pemerintah.
Baca Juga: Perburuk Kualitas Udara, Pakar Nilai Sudah Saatnya Industri Baja Beralih ke Tungku Ramah Lingkungan
Jika proyek ini terlaksana, GRP akan menggantikan penggunaan gas alam pada pabriknya di Cikarang, Jawa Barat, dengan hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi perusahaan energi ramah lingkungan asal Australia, Fortescue.
“Transisi menuju ekonomi ramah lingkungan memerlukan upaya bersama antarbisnis untuk berkolaborasi, berinovasi, dan berinvestasi. Katalis bangga mendukung studi kelayakan teknis yang akan berpengaruh pada kelayakan produksi besi dan baja tanpa emisi, dan pada saat yang sama memajukan kemitraan ekonomi dan integrasi pasar antara Indonesia dan Australia,” kata Paul Bartlett, Direktur Katalis.
Studi kelayakan teknis tersebut dituangkan dalam nota kesepahaman GRP dan Fortescue yang ditandatangani pada acara KTT B20 di Bali pada bulan November 2022.
Sesuai MOU, kedua pihak sepakat menyelidiki peran hidrogen dan amonia ramah lingkungan yang dipasok oleh Fortescue dalam upaya dekarbonisasi pada pabrik-pabrik baja GRP, serta peluang offtake.
Nota kesepahaman dan studi kelayakan teknis ini dapat membantu mewujudkan niat GRP mencapai pengurangan emisi karbon secara penuh pada tahun 2030 dan netralitas karbon pada tahun 2050.
“Dekarbonisasi produksi baja sejalan dengan komitmen kami untuk mencapai net zero dan menghasilkan keunggulan kompetitif secara regional. Dukungan Katalis terhadap studi kelayakan teknis untuk memanfaatkan hidrogen ramah lingkungan di pabrik kami di Jawa Barat akan sangat mendorong inovasi dan model komersial baru,” kata Kimin Tanoto, Anggota Komite Eksekutif GRP.
Energi dari gas merupakan komponen penting dalam proses produksi baja. Kedepannya, GRP dan Fortescue akan menelusuri peluang mengembangkan fasilitas hidrogen ramah lingkungan di dalam pabrik baja GRP di Cikarang, yang luasnya lebih dari 200 hektar.
Hidrogen ramah lingkungan yang diproduksi di pabrik tersebut direncanakan akan menggantikan gas alam yang saat ini digunakan dalam proses hilir dan memastikan efisiensi berkelanjutan dalam produksi baja.
Dengan masukan teknis dari Fortescue, studi kelayakan teknis yang didanai Katalis itu akan menganalisis potensi penggantian pembakaran gas alam yang mengeluarkan karbon dalam operasi manufaktur baja pembakaran stasioner GRP dengan gas hidrogen ramah lingkungan.
Baca Juga: GRP: Transformasi Digital, Agar Industri Baja Bisa Bersaing di Pasar Global
“Fortescue memimpin pengembangan elektron, hidrogen, dan teknologi ramah lingkungan secara global untuk membantu dunia bergerak maju meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil. Kami ingin perusahaan-perusahaan lain bergabung untuk memerangi perubahan iklim," kata Eva Hanly, Presiden Energi Fortescue wilayah Asia Pasifik.
Kami menyambut baik dukungan Katalis untuk mewujudkan kolaborasi dengan PT Gunung Raja Paksi Tbk dan berharap dapat membantu Indonesia mengembangkan dan menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam industri baja,” lanjutnya.
Study kelayakan teknis tersebut diharapkan rampung pada bulan Desember 2023.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: