Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Staking Bitcoin, Babylon Chain Tutup Rotasi Pendanaan Rp279 Miliar

        Staking Bitcoin, Babylon Chain Tutup Rotasi Pendanaan Rp279 Miliar Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Polychain Capital dan Hack VC memimpin putaran pendanaan Seri A senilai US$18 juta (Rp279 miliar) untuk Babylon Chain, sebuah protokol yang bekerja pada Bitcoin (BTC) yang menjembatani ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) dengan blockchain Bitcoin. 

        Dilansir dari laman Cointelegraph pada Jumat (8/12/2023), menurut pengumuman resmi pada 7 Desember lalu, pendanaan tersebut akan digunakan Babylon Chain untuk mendukung pengembangan protokol Bitcoin Staking Babel. Protokol ini memungkinkan jaringan proof-of-stake (PoS) untuk mempertaruhkan Bitcoin, menambah likuiditas dan keamanan pada rantai yang sedang berkembang.

        Baca Juga: Bitcoin Disimpan Sendiri, Uniknya Dompet Kripto Besutan Jack Dorsey!

        Secara umum, rantai PoS adalah jenis blockchain yang bergantung pada partisipan untuk memvalidasi transaksi. Untuk menjadi validator dan membuat blok baru, seorang partisipan harus men-staking koin asli rantai tersebut. 

        Keamanan dan integritas rantai PoS bergantung pada jumlah koin yang dipertaruhkan. Tetapi, Bitcoin menggunakan mekanisme berbeda, yang dikenal proof-of-work (PoW), yang membuat para penambang memecahkan masalah matematika kompleks untuk memvalidasi transaksi.

        Babylon Chain ingin kedua hal tersebut digabung menjadi satu. Perusahaan rintisan (startup) ini memperkenalkan produk minimum yang layak untuk dipertaruhkan pada bulan Oktober, yang mengeklaim produk ini akan membantu mengurangi tekanan inflasi pada rantai PoS yang dapat mengandalkan Bitcoin untuk menarik modal melalui taruhan sambil memperkuat keamanan rantai yang sedang berkembang.

        Namun, tantangan terbesarnya adalah "memangkas semua pelanggaran keamanan dari jarak jauh tanpa memiliki kontrak pintar pada rantai Bitcoin." Untuk mengatasinya, Babylon Chain mengeklaim dengan menggunakan pernyataan yang dapat dipertanggungjawabkan, gadget finalitas, emulasi Bitcoin, dan stempel waktu. 

        "Konstruksi kami bersifat modular, dan dapat digunakan di atas semua protokol konsensus PoS. Tidak diperlukan soft fork atau hard fork Bitcoin untuk mengimplementasikan protokol staking Bitcoin kami," tulis Babylon yang dilansir dari laman Cointelegraph pada Jumat (8/12/2023). 

        Staking dapat membuka jalan bagi lebih banyak pengembang untuk membangun solusi di jaringan Bitcoin, yang merupakan salah satu tantangan yang dihadapi blockchain. Sebagai mata uang kripto pertama, Bitcoin memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$847,8 miliar (Rp13 kuadriliun) pada saat artikel ini ditulis Cointelegraph. Sebuah laporan Glassnode menemukan bahwa 66% dari suplai yang beredar tidak aktif selama setidaknya satu tahun.

        "Babylon tidak hanya membuka aset blockchain terbesar, tetapi juga dapat membuat layanan keamanan yang didukung Bitcoin (seperti layanan ketersediaan data) menjadi mungkin untuk ekosistem blockchain yang lebih luas," kata Managing Partner HackVC, Alex Pack.

        Baca Juga: Komentar Bitget Mengenai Harga Bitcoin yang Mencapai $40.000

        Investor lain yang turut serta dalam putaran ini yakni Framework Ventures, Polygon Ventures, Castle Island Ventures, OKX Ventures, Finality Capital, Breyer Capital, Symbolic Capital, dan IOSG Ventures.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: