Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Fakta Perempuan dalam Industri Tambang, Rode Ajomi Freeport Bagikan Insight-nya!

        Fakta Perempuan dalam Industri Tambang, Rode Ajomi Freeport Bagikan Insight-nya! Kredit Foto: Freeport Indonesia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri pertambangan identik dengan dunia maskulin, namun sosok Manajer PT Freeport Indonesia (PTFI) atau Freeport Indonesia, Rode Ajomi justru mematahkan stigma tersebut. Didukung oleh lingkungan kerja yang inklusif dan suportif, Rode bertanggung jawab atas salah satu divisi operasional harian pertambangan di perusahaan tambang tersebut. Bergabung pada tahun 2003 dengan pengalaman 20 tahun bekerja, ini pengamatan Rode. 

        Ketika Warta Ekonomi menemuinya dalam wawancara daring (online), Rode menuturkan, bahwa informasi tentang lapangan kerja tambang harus disampaikan betul-betul. Menurutnya, lulusan sarjana pertambangan atau teknik, khususnya perempuan, mempertimbangkan keamanan dan inklusivitas lingkungan kerja. Ini juga menjadi perhatian bagi orang tua sebelum mengirimkan putrinya merantau jauh ke Papua. 

        Baca Juga: Menteri ESDM Ungkap Cadangan Tambang Freeport Cukup untuk 100 Tahun

        “Karena biasanya kan lulusan-lulusan yang muda ini, lihat dulu, oh di sana aman, terutama yang punya anak perempuan, kemudian mau dikirim merantau di Papua, itu kan pasti was-was. Tetapi dengan bantuan dari rekan-rekan media memberikan informasi, di sini karyawati pun dan saya, selama 20 tahun lebih, tidak ada sesuatu yang mengganggu,” jelas Rode di wawancara daring dengan Freeport Indonesia pada Selasa (12/12/2023). 

        Rode pun menekankan, arus informasi tentang industri tambang perlu diperkenalkan lebih dalam. Senada dengan Rode, Superintendent Corporate Communications PTFI, Karel Luntungan juga mengatakan jendela informasi terkait cara bekerja dan kondisi keamanan di pertambangan, khususnya PTFI semakin terbuka. 

        Menurut Karel, platform informasi tentang PTFI dapat diakses di media sosial seperti LinkedIn, Twitter, Facebook, Instagram, hingga YouTube. 

        “… informasi itu bisa sebagai sarana untuk cara melamar bagi putra dan putri Indonesia, termasuk putra-putri asli Papua, yang ingin mencoba melamar di sini. Termasuk jendela informasi keberadaan, keamanan, situasi, area Freeport, semuanya bisa diakses melalui multi-platform,” ujar Karel. 

        Baca Juga: 25 Tahun BUMA Perkuat Industri Pertambangan di Indonesia

        Selain informasi yang jelas dan mendalam, Rode yang lulus dari jurusan Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini, menambahkan bahwa modal bekerja di pertambangan dan teknik perlu diawali dari motivasi internal yang kuat dari pelajar SMA yang ingin masuk kuliah di bidang tersebut. 

        “Jadi kalau teman-teman [tanya] bagaimana sampai ke industri pertambangan ya, teman-teman mungkin mulai dari SMA-nya, apakah dia senang? Tetapi kalau menurut saya, semua bidang, mau di engineer tambang, atau engineer apapun, dia senangi dulu [bidang itu],” ucap Rode. 

        Rode pun mengakui, dengan adanya pendidikan tambang atau teknik, dapat memberikan peluang yang besar. Sayangnya, banyak pelajar SMA atau lulusan sarjana tambang dan teknik yang membatasi diri sendiri karena perannya sebagai perempuan. 

        Baca Juga: Menyuarakan Partisipasi dan Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen

        Rode pun sering menemukan kejadian seperti “ada peluang, tetapi itu kayaknya nanti saja. Ya sebenarnya seperti itu, yang membatasi adalah diri kita sendiri,” tegas Rode. 

        “Menurut saya, jika ada peluang, kita harus mengerjakan sebaik-baiknya,” pungkas Rode. 

        Menurut data per Februari 2023, PTFI telah menyerap 29.563 tenaga kerja, baik itu pekerja langsung PTFI dan kontraktor. Rinciannya, terdapat 5.863 pekerja dengan komposisi 3.276 pekerja non-Papua (55,9%), 2.428 pekerja asli Papua (41,5%), dan 159 pekerja asing (2,7%). Sementara itu, terdapat 456 pekerja perempuan (7,75%). 

        Ditambah lagi, pekerja asli Papua direkrut melalui Papuan Bridge Program (PBP), yakni program yang diinisiasi tahun 2012 yang membimbing sarjana baru Papua untuk bekerja di perusahaan, dengan durasi bimbingan selama tiga bulan. Selain itu, ada program MBA SBM-ITB, MM IPB, dan MK3 UI yang telah melahirkan 201 alumnus Papua. 

        Baca Juga: Kapolri Diminta Turun Tangan Soal Duaan Tambang Ilegal

        Dari segi pengembangan sumber daya manusia (SDM) Papua yang datanya dihimpun PTFI hingga tahun 2022, orang Papua mendapat posisi strategis, dengan rincian satu orang direktur, sembilan orang Senior VP dan Vice President, dan 53 orang manajer dan posisi senior. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: