Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kritik Pedas Candaan Zulkifli Hasan, AMIN: Tidak Pantas Dilakukan Politikus Liberal Sekalipun!

        Kritik Pedas Candaan Zulkifli Hasan, AMIN: Tidak Pantas Dilakukan Politikus Liberal Sekalipun! Kredit Foto: Instagram/Mustofa Nahrawardaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Juru bicara Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) Mustofa Nahrawardaya mengkritik pedas ucapan kontroversial dari Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.

        Dirinya tidak terima soal candaan politikus tersebut yang menyebutkan belakangan ini orang diam saja dan tak menyebut “Amin” setelah imam membaca Alfatihah dan tahiyat akhir dengan dua jari sebagai kecintaan orang pada Prabowo Subianto.

        Baca Juga: Balas Kritikan Ridwan Kamil, AMIN: Pembangunan Jokowi Bukan untuk Mobilitas Rakyat

        “Bahasa dan gesture dalam video tersebut tidaklah pantas dilakukan oleh politikus liberal sekalipun. Karena di negara kita, setiap pemerintahan menyerukan himbauan untuk menghindari sentimen SARA, apapun itu bentuk dan variannya,” kata Tofa, Rabu (20/12).

        Saat membuka acara Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang, Selasa (19/12), Mendag yang juga Ketum PAN ini bercerita saat keliling ke daerah sering menjumpai jamaah yang diam setelah imam baca Alfatihah. Kemudian Zulhas juga mengatakan ada yang duduk tahiyat menunjuk menggunakan dua jari.

        “Saya keliling daerah, Pak Kiai. Sini aman, Jakarta nggak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau salat Maghrib baca, 'waladholin... ', Al-Fatihah baca 'waladholin..' Ada yang diem, pak. Lho kok lain," ujar Zulhas. “Ada yang diem sekarang banyak, saking cintanya sama Pak Prabowo itu," imbuhnya.

        Tofa menjelaskan, tidak paham, apakah perilaku tersebut spontan, atau terbawa oleh lingkungan koalisi. Yang pasti, ujarnya, peristiwa sebelumnya yang terjadi di sana, sepatutnya jadi bahan renungan. Yakni soal pemilihan diksi 'Ndhasmu' oleh Prabowo yang akhirnya menyebabkan banyaknya balasan ujaran kebencian akibat perilaku tak pantas itu. 

        Baca Juga: Tolak Pasal Tembakau di RPP Kesehatan, Pedagang Kaki Lima Ketuk Hati Presiden Jokowi

        “Jika alasannya candaan, apakah mungkin ucapan Ketum partai koalisi itu juga candaan? Ini sangat berbahaya,” katanya.

        Di tahun politik, lanjut Tofa, debat, diskusi, berbeda pandangan adalah hal biasa di publik. Hal itu dalam rangka edukasi politik lima tahunan.

        Namun jika sampai keluar ucapan diikuti gestur tangan seperti yang dilakukan pejabat negara, tentu ini sangat mengkhawatirkan bagi publik. Perilaku tersebut menyepelekan ritual Shalat.

        Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan Dorong Investor AS Investasi di IKN

        “Saya gak tahu, apa motif di balik perilaku nyleneh ini. Namun tak salah jika publik menuduh itu adalah perbuatan mempermainkan agama Islam yang justru dipeluk saudara Zulkifli Hasan. Publik tak lagi bisa ditipu dengan klarifikasi semisal itu akibat lalai, khilaf, atau malah apalagi candaan,” kata Tofa.

        Tofa berujar, sangat berat bagi tim Humas mereka untuk membela perilaku kanak-kanak ini. “Apa yang mau dibela dari perbuatan semacam itu?,” kata dia.

        “Saya warga Muhammadiyah. Dalam pandangan kami, perbuatan itu sangat tercela dan jika tidak hati-hati, akan jatuh ke tuduhan menghina agama. Dalam Al Qur'an, Allah mengingatkan Ummat Islam untuk meninggalkan perbuatan  yang masuk kategori mempermainkan agama,” tandasnya.

        Tofa menjelaskan, mengolok keyakinan lain saja dilarang, apalagi mempermainkan agama sendiri. Dalam QS Al An'am ayat 70 jelas tertulis: 

        Baca Juga: Hemat Masalah Pangan, Anies Baswedan: Ini Ujungnya Supply Demand

        “Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kelengahan, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia.”

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: