Kredit Foto: Antara/Ardiansyah
Dominasi PDIP dalam dua pemilu terakhir diprediksi tidak akan terulang kembali pada Pemilu 2024. Temuan survei yang dilakukan Jakarta Research Center (JRC) menunjukkan Gerindra unggul dengan elektabilitas mencapai 20,5 persen, sedangkan PDIP hanya sebesar 17,8 persen.
Sementara itu perubahan terjadi pada jajaran papan tengah, di mana Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berpeluang besar lolos ke Senayan. Elektabilitas partai yang kini digawangi putera Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, itu tercatat menembus 4,5 persen, atau telah melewati ambang batas.
Baca Juga: Survei NSN: PSI dan Gerindra Naik Tajam, PDIP Ditinggalkan
PSI telah menjadi peserta Pemilu 2014 lalu, tetapi gagal mengirimkan wakil rakyat ke DPR. Syarat ambang batas sebesar 4 persen membuat banyak partai tidak berhasil melenggang ke Senayan, atau terdepak dari Senayan.
“Gerindra berhasil meraih keunggulan atas PDIP dan berpeluang memenangkan Pemilu 2024, selain itu ada pendatang baru di Senayan yaitu PSI yang meraih elektabilitas 4,5 persen,” kata Direktur Komunikasi JRC Alfian P di Jakarta pada Senin (8/1).
Menurut Alfian, unggulnya Gerindra terhadap PDIP membuktikan kuatnya faktor Jokowi dalam gelaran pemilu. “Gerindra menikmati coattail effect dari Pilpres, di mana Prabowo menjadi calon presiden yang berpotensi menang telak dalam satu putaran,” tandas Alfian.
Sebaliknya, merosotnya PDIP memperlihatkan relasi Jokowi dengan partai yang mengusungnya dalam dua kali pemilu itu. “Ketika Jokowi meninggalkan PDIP dan beralih mendukung Prabowo yang notabene capres dari Gerindra, kekuatan PDIP pun anjlok,” lanjut Alfian.
Baca Juga: PSI Harus Masuk Senayan, Tak Cuma Menangkan Prabowo-Gibran
Pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suara PDIP bertahan pada kisaran 20 persen. “Tetapi pada pemilu kali ini, bisa jadi suara PDIP akan turun kembali pada perolehan suara pada Pemilu 2009 yang hanya berkisar 14 persen,” Alfian mewanti-wanti.
Kuatnya faktor Jokowi juga tampak pada melonjaknya elektabilitas PSI. Selain dukungan yang diberikan Jokowi kepada Prabowo melalui Gibran Rakabuming Raka, masuknya Kaesang dan memimpin PSI berbuah pada besarnya peluang menembus Senayan.
“Sebelum Kaesang masuk, kebanyakan lembaga survei masih mencatat elektabilitas PSI di bawah 1 persen, tetapi dalam tiga bulan saja bergerak naik ke kisaran 2-3 persen, dan kini berhasil menembus threshold 4 persen,” jelas Alfian.
Baca Juga: Seru nan Indah, Begini Alasan Kaesang Pangarep Masuk Politik
Jika tren tersebut terjaga sampai hari pencoblosan, PSI mampu naik kelas menjadi partai nasional yang bisa bersuara pada tingkat DPR. Pada pemilu lalu, PSI hanya bisa mengirim wakil rakyat ke tingkat DPRD provinsi dan kabupaten/kota, seperti di DKI Jakarta yang menguasai satu fraksi.
Sebaliknya, ada pula partai yang memiliki kursi di Senayan masih harus berjuang untuk bertahan. “Pada pemilu terakhir, Hanura tersingkir dari DPR, sekarang PPP yang elektabilitasnya masih berada di bawah ambang batas parlemen,” pungkas Alfian.
Survei Jakarta Research Center (JRC) dilakukan pada 26-31 Desember 2023, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca Juga: Sinyalemen Timnas AMIN untuk Presiden: Anda, Pak Jokowi...
Berikut hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik:
- Gerindra 20,5 persen
- PDIP 17,8 persen
- Golkar 10,3 persen
- PKB 07,7 persen
- Demokrat 05,4 persen
- PKS 05,1 persen
- Nasdem 04,8 persen
- PAN 04,6 persen
- PSI 04,5 persen
- PPP 03,0 persen
- Perindo 01,8 persen
- Gelora 00,7 persen
- PBB 00,5 persen
- Hanura 00,4 persen
- Ummat 00,2 persen
- Garuda 00,1 persen
- PKN 00,1 persen
- Buruh 00,0 persen
- TT/TJ 12,6 persen
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar