Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei NSN: PSI dan Gerindra Naik Tajam, PDIP Ditinggalkan

Survei NSN: PSI dan Gerindra Naik Tajam, PDIP Ditinggalkan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha (kanan) berjalan bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat tiba di DPP PSI, Jakarta, Rabu (2/8/2023). Pertemuan tersebut membahas sejumlah hal terkait Pemilu 2024. | Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dominasi PDIP dalam dua pemilu berturut-turut tampaknya akan segera berakhir. Temuan survei Nusantara Strategic Network (NSN) menunjukkan elektabilitas PDIP melorot ke peringkat kedua sebesar 16,3 persen.

Sementara itu Gerindra berpeluang muncul sebagai partai pemenang pemilihan anggota legislatif (Pileg) 2024 dengan meraih elektabilitas 18,8 persen. Gerindra tercatat menyalip PDIP sejak survei pada bulan November 2023 lalu, menggeser PDIP yang sebelumnya masih unggul.

Baca Juga: Video Prabowo Cengkeram Kerah Bahlil Secara Keras, Gerindra: itu Kampanye Hitam

Pada survei bulan Oktober 2023 elektabilitas PDIP mencapai 17,5 persen, sedangkan Gerindra masih 15,4 persen. PDIP mengalami penurunan menjadi 17,2 persen pada November 2023, sebaliknya Gerindra naik menjadi 17,6 persen. Kini posisinya berbalik, Gerindra unggul dan disusul PDIP.

Selain Gerindra, partai lain yang mengalami kenaikan elektabilitas adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Pada Oktober 2023 lalu elektabilitas PSI baru menembus 4,2 persen, lalu naik menjadi 5,4 persen (November 2023), dan kini mencapai 6,1 persen.

“PDIP melorot ke peringkat kedua, tersalip oleh Gerindra yang bersama PSI mengalami kenaikan elektabilitas yang cukup signifikan,” kata Direktur Program NSN Huslidar Riandi di Jakarta pada Senin (1/1).

Menurut Riandi, pudarnya pamor PDIP terkait erat dengan perpecahan antara Presiden Jokowi dengan ketua umum Megawati Soekarnoputri dalam menyikapi gelaran Pilpres 2024. Sebelumnya PDIP adalah partai pengusung Jokowi hingga menang dua kali pemilu, yaitu pada 2014 dan 2019.

Kemenangan PDIP yang paling spektakuler tercapai pada pemilu pertama pasca-reformasi (1999), yang mencapai lebih dari 30 persen. Berikutnya pemenang pemilu berganti-ganti, yaitu Golkar (2004) dan Demokrat (2009).

Keputusan PDIP mengusung Jokowi alih-alih Megawati pada Pilpres 2014 mengerek peringkat partai berlambang kepala banteng itu dari posisi tiga besar menjadi pemenang pemilu. PDIP berhasil mempertahankan posisi pada 2019 sekaligus memecahkan rekor, menang berturut-turut.

“Kini tampaknya tekad PDIP untuk bisa mencetak hattrick atau menang ketiga kalinya pada Pemilu 2024 bakal kandas,” tandas Riandi. Posisi PDIP terancam oleh Gerindra, di mana kedua partai tersebut mengalami hubungan pasang-surut dalam beberapa kali pemilu.

PDIP dan Gerindra pernah sama-sama menjadi oposisi selama dua periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). PDIP dan Gerindra pula yang menaikkan karier politik Jokowi dari Solo ke panggung ibukota, melalui Pilkada DKI Jakarta pada 2012 silam.

Baca Juga: Ungkit Kondisi Internet Wilayah Timur, Kaesang Pangarep: Semoga Tak Dikorupsi Lagi

Koalisi keduanya pecah ketika Jokowi yang diusung PDIP berhadapan dengan ketua umum Gerindra Prabowo Subianto pada Pilpres 2014. Rivalitas keduanya terulang lagi pada 2019, hingga kemudian Jokowi menawarkan rekonsiliasi dan mengajak Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: