Prinsip Urus Jakarta, Anies: Saya Hati-hati Membuat Janji, Ingin Bisa Dilunasi
Calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan mengaku seringkali dituntut membuat kontrak politik dengan masyarakat di setiap kampanyenya.
Bahkan, kata dia, hal serupa sempat dialami kala berkampanye di Pilkada 2017 sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kala itu, Anies mengaku tidak mendaftarkan diri sebagai seorang calon gubernur, tetapi diminta maju dalam kontestasi.
"Satu ketika saya ditugasi menjadi seorang gubernur, dan saya tidak pernah mendaftar jadi seorang gubernur, saya di undang, saya dipanggil, didorong jadi gubernur," kata Anies dalam acara Desak Anies di Ambon, Senin (15/1/2024).
Pada saat berkampanye sebagai calon Gubernur DKI Jakarta, Anies mengaku diminta berjanji untuk menyelesaikan masa tugas lima tahun. Pasalnya, pemimpin Jakarta sebelumnya pindah tugas dan meninggalkan kontrak politik yang belum diselesaikan.
"Ketika saya berkampanye, di kampung-kampung saya ditanya dulu, 'Pak, saya mau bapak janji dulu, Pak. Bahwa bapak benar di Jakarta lima tahun, Pak. Karena dulu kita bikin kontrak politik, kontraknya belum selesai yang berkontrak sudah pindah ke tempat lain," jelasnya.
Anies pun meminta untuk tidak menghukum dirinya karena kontrak politik yang dijanjikan orang lain. Dia meminta publik menilai kinerjanya untuk melunasi janji kampanyenya di Jakarta.
"Saya bilang, jangan hukum saya atas tindakan orang lain. Betul tidak? Jangan. Tapi nilai saya dari kontrak yang saya kerjakan sebelumnya, dilaksanakan atau tidak," jelasnya.
Oleh karena itu, Anies mengaku janji kampanye yang digaungkan telah melalui proses kajian yang panjang termasuk di Jakarta. Dia mengaku ingin setiap janji bisa dilunasi.
"Di jakarta kami berhati-hati dalam berbuat janji, karena kami ingin setiap janji bisa dilunasi," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: