Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Muhaimin dan Mahfud MD Dinilai Tampil Apik dalam Debat Cawapres: 'Punya Pemahaman Mendalam Terkait Isu dan Solusi'

        Muhaimin dan Mahfud MD Dinilai Tampil Apik dalam Debat Cawapres: 'Punya Pemahaman Mendalam Terkait Isu dan Solusi' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menilai Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD menunjukkan kapasitas sebagai sosok calon pemimpin yang berada di level kebijakan.

        Hal ini Achmad sampaikan untuk menyoroti jalannya debat cawapres yang berlangsung pada Minggu (21/1/24) yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, sumber daya alam, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

        Menurut Achmad, kecakapan menempatkan prioritas terpenting adalah kunci. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan isu yang bersinggungan, kemampuan untuk menentukan mana yang harus diutamakan menentukan efektivitas kebijakan. Hal-hal itu menurutnya telah ditunjukkan ada pada Muhaimin dan Mahfud.

        "Debat cawapres terakhir membuka mata kita pada realitas kebijakan di Indonesia. Di satu sisi, ada Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD yang berusaha membahas tema dengan serius dan dalam kerangka 'policy debate'. Mereka menunjukkan pemahaman mendalam tentang isu dan potensi solusinya, serta kemampuan untuk mengkomunikasikannya kepada publik dengan efektif," ujar Achmad, Senin (22/1/2024).

        Di sisi lain, Gibran Rakabuming Raka menurut Achmad belum matang dan berada di level tebak-tebakan anak sekolah.

        Baca Juga: Dibanggakan Gibran, Jubir AMIN Sebut Food Estate Hanya untuk Menutupi Kegagalan Rezim Jokowi

        Dia menjelaskan, dalam pembuatan kebijakan, kemampuan untuk memahami persoalan dengan cara pandang yang strategis bukanlah opsi, melainkan keharusan.

        Menurutnya, seorang policy maker yang efektif harus mampu menembus permukaan masalah dan melihat gambaran besar, mengidentifikasi akar permasalahan dan potensi solusi jangka panjang.

        "Ini bukan hanya tentang mencari solusi, tapi membangun strategi yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif yang luas," ungkapnya.

        "Di sisi lain, ada Gibran. Penampilannya dalam debat terakhir menunjukkan kekurangan yang mencolok. Sebagai contoh, ketika Gibran menyentuh soal litium. Pertanyaannya tidak jelas arah dan tujuannya dalam konteks kebijakan nasional. Ini mencerminkan kurangnya pemahaman substansial tentang isu yang dibahas," kata Achmad.

        Achmad menambahkan, sikap Gibran yang cenderung tengil dan kurang menghargai etika debat kebijakan, seperti yang diperlihatkan dalam interaksi dengan Muhaimin dan Mahfud MD, menunjukkan kekurangan dalam kematangan dan pemahaman etika politik.

        "Gibran, dalam debat ini, tidak hanya gagal menunjukkan dirinya sebagai sosok pemimpin yang matang, tetapi juga sebagai seseorang yang belum cukup serius dalam berkontribusi pada diskusi kebijakan publik," ungkapnya.

        Menurutnya, kepemimpinan membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan untuk menarik perhatian; tapi juga perlu kedalaman, kematangan, dan komitmen terhadap substansi.

        "Dari apa yang telah kita saksikan, Gibran masih jauh dari itu. Sebagai masyarakat, kita harus meminta lebih dari calon pemimpin ke depan. Indonesia butuh sosok yang matang, tidak karbitan, bukan sekadar karena anak dari presiden, tetapi juga memiliki kebijaksanaan, pengetahuan, dan kematangan untuk membawa negara kita maju. Sayangnya, dalam debat terakhir ini, Gibran menunjukkan bahwa dia masih lebih memprioritaskan gimmick daripada substansi yang sebenarnya," tambahnya.

        Baca Juga: Publik Puas dengan Kinerja Jokowi, Kata Lembaga Survei karena Banyak Bagi-bagi Bansos

        Sementara itu, Wakil Komandan Tim Fanta Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Anggawira mengungkapkan Gibran sebagai satu-satunya kandidat yang menguasai data terkait tema debat capres-cawapres ronde keempat. Adapun tema debatnya adalah Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

        “Sejak awal Mas Gibran itu yang paling komprehensif dalam menyampaikan narasi secara kualitatif dan kuantitatif. Misalnya terkait energi, hilirisasi, industrialisasi yang ujungnya adalah membuka 19 juta lapangan pekerjaan baru. Dan yang diuntungkan tentu generasi muda. Itu kunci utamanya,” kata Anggawira, Senin (22/1/24). 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: