Duta Besar Somalia di Indonesia Berikan Kuliah Tamu tentang Cultural Diplomacy di President Univ
Cultural Diplomacy adalah salah satu instrumen penting untuk menjadikan mahasiswa President University, juga warga Indonesia lainnya, sebagai warga dunia. Melalui Cultural Diplomacy, situasi yang sulit atau hubungan yang membeku, bisa lebih mudah dicairkan. Ini karena prinsip-prinsip Cultural Diplomacy yang lebih mengutamakan kesamaan ketimbang mempertajam perbedaan.
Demikian disampaikan Rektor President University Handa S. Abidin, usai acara President University Ambassador Lecturebersama dengan Duta Besar (Dubes) Somalia di Indonesia, Ahmed Mohamud Mohamed, Rabu, pekan lalu (20/3). Kuliah tamu yang merupakan hasil kolaborasi Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional dan Prodi Hukum, Fakultas Humaniora, ini diselenggarakan di Theater Room, President University Convention Center, Cikarang, Bekasi.
Dalam kuliah tamunya tersebut, Dubes Mohamed membahas soal pentingnya Cultural Diplomacy.
Membahas Cultural Diplomacy, lanjut Handa, Indonesia dan Somalia memiliki beberapa kesamaan. Misalnya, baik Indonesia dan Somalia adalah negara dengan mayoritas penduduknya umat muslim. “Dan, kita juga memiliki tradisi yang mirip. Baik penduduk Indonesia maupun Somalia sama-sama suka mengenakan sarung sebagai bagian dari caranya berbusana,” kata Handa. Kesamaan semacam ini, lanjut dia, menjadi modal penting bagi Indonesia dan Somalia untuk membangun saling pengertian dan meningkatkan hubungan antara dua negara tersebut.
Sementara, dalam sambutan pembukanya Dekan Fakultas Humaniora Dr. M. Syafi’i Anwar, menegaskan bahwa dengan adanya beberapa kesamaan tersebut, “Memperkuat hubungan antara Indonesia dengan Somalia adalah keharusan. Bukan hanya hubungan antarnegara, tapi juga hubungan antarmasyarakat, People to People atau P2P.” Lanjut dia, kita perlu mendorong anak-anak muda, generasi mendatang, agar mau melakukan diplomasi budaya untuk menciptakan mutual understanding. “Kita perlu untuk memperkuat diplomasi budaya sebagai soft power,” tegas Syafi’i.
Kata Syafi’i, meski Indonesia dan Somalia berada di benua yang berbeda, itu jangan jadi penghalang untuk membangun saling pengertian atau mutual understanding, termasuk melalukan pertukaran budaya dan berbagai kolaborasi. “Apalagi modal awalnya sudah ada. Sekarang ini semakin banyak anak muda Somalia yang kuliah berbagai kampus di Indonesia,” ungkapnya.
Dalam sesi kuliah tamunya, Dubes Mohamed mengkonfirmasi adanya beberapa kesamaan tradisi antara Indonesia dengan Somalia. Katanya, “Memang ada kesamaan tradisi dan kebudayaan. Bukan hanya kebiasaan memakai sarung, tapi juga makanan dan juga cara masyarakat kami dalam bertindak.”
Mohamed kemudian memaparkan lebih jauh kemitraan yang selama ini terjalin antara Somalia dengan Indonesia. Di antaranya, dalam bidang perdagangan, edukasi dan kebudayaan. Katanya, “Menurut data Kementerian Luar Negeri Somalia, Indonesia adalah eksportir terbesar kedua, setelah China.”
Mengenai Cultural Diplomacy antara Indonesia dengan Somalia, Dubes Mohamed sepakat bahwa salah satu cara untuk membangunnya adalah melalui bidang pendidikan. “Saya menilai, Presuniv sudah ikut membangun hubungan Indonesia dengan berbagai negara di dunia melalui bidang pendidikan. Kami pun ingin melakukan hal serupa. Kami berharap dapat meningkatkan hubungan kerja sama, termasuk hubungan budaya, antara Indonesia dan Somalia,” paparnya.
Dubes Mohamed juga setuju dengan gagasan Syafi’i Anwar bahwa salah satu cara melakukan Cultural Diplomacy adalah melalui bidang pendidikan. “Ada mahasiswa Somalia yang kuliah di Indonesia. Mereka ini kelak dapat memperkenalkan budaya Indonesia ke Somalia,” ucapnya.
Hubungan Indonesia dan Somalia penting untuk terus dijaga, bahkan terus ditingkatkan. “Kita perlu menciptakan banyak kesempatan untuk memperluas hubungan antarindividu guna meningkatkan hubungan antarnegara. Ke depan, kita bisa saling berbagi teknologi, harapan, dan peluang bisnis,” tegas Mohamed.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: