Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Efek Pergerakan Bitcoin, Margin Keuntungan Reku Tembus 50%

        Efek Pergerakan Bitcoin, Margin Keuntungan Reku Tembus 50% Kredit Foto: Reku
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Rekeningku Dotcom Indonesia (Reku) mengumumkan jika perusahaan mereka mulai memperoleh keuntungan (profit) seiring dengan perkembangan ekosistem mata uang kripto di Indonesia.

        Co-Founder & Co-Chief Executif Office (CEO) Reku, Jesse Choi mengatakan bahwa kuartal tahun ini menjadi yang terbaik dari dua setengah tahun terakhir baik dari segi volume perdagangan maupun hasil finansial.

        Baca Juga: Bitcoin Kembali Sentuh US$66 ribu, Market Kripto Siap Terbang?

        "Margin keuntungan kami melebihi 50%, ini merupakan pencapaian yang signifikan bagi kami. Kami sangat senang dengan hasil ini," ungkap Jesse dilansir dari keterangan tertulis yang diterima Selasa (21/5).

        Kinerja positif ini tidak terlepas dari kebangkitan signifikan dalam pasar kripto hingga adanya halving event, dan pengakuan yang lebih luas terhadap sektor kripto melalui diperkenalkannya ETF Bitcoin. Jesse mengatakan, pergerakan tersebut seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas pasar secara keseluruhan yang umumnya positif bagi Reku.

        "Ini sangat terlihat dalam dua kuartal terakhir—Q1 tahun 2024 dan Q4 tahun 2023—di mana kami mengalami beberapa volume perdagangan tertinggi dalam sejarah kami. Sebagai bursa yang beroperasi dengan model pendapatan berbasis volume, periode aktivitas tinggi ini telah memberikan kontribusi besar pada kinerja keuangan kami, menjadikan kuartal-kuartal ini sangat sukses," jelasnya.

        Legitimasi Regulasi dan Institusi

        Jesse juga menyoroti tren regulasi di pasar aset digital, menyoroti lanskap yang terus berkembang di berbagai yurisdiksi, dengan fokus khusus pada Asia Tenggara. Ia mencatat bahwa sementara Amerika Serikat cenderung memimpin dalam formulasi dan implementasi regulasi aset digital, wilayah lain juga membuat kemajuan.

        Baca Juga: Transaksi Melonjak Tinggi, Reku Optimistis Kripto Akan Jadi Pilihan Investasi di Indonesia

        Menurut Jesse, sebagian besar negara bergerak menuju kerangka regulasi yang lebih positif, yang tidak hanya mendorong adopsi tetapi juga semakin meningkatkan legitimasi ruang kripto.

        Jesse secara khusus menyebutkan upaya proaktif Hong Kong untuk menjadi pusat kripto Asia, yang mengindikasikan pendekatan regulasi yang progresif di wilayah tersebut. Sementara itu, di Indonesia, tanggung jawab regulasi akan segera dialihkan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

        Perubahan ini menandakan pengakuan kripto sebagai instrumen keuangan yang sah di Nusantara dan menunjukkan kecenderungan menuju regulasi yang lebih ketat – yang Jesse konfirmasi sebagai hal baik untuk Reku.

        Baca Juga: OJK Kasih Lampu Hijau BPR dan BPRS Melantai di Bursa, Tapi...

        Langkah ini adalah bagian dari tren lebih luas di mana pemerintah semakin menegaskan sikap mereka terhadap aset digital, sering kali dengan pendekatan kolaboratif dan terbuka terhadap regulasi dan inovasi.

        Sebagai contoh, peluncuran "Bulan Literasi Kripto" oleh pemerintah Indonesia, yang menampilkan tokoh-tokoh terkemuka dari komunitas, menekankan komitmen pasar untuk mendidik publik dan mengintegrasikan aset digital ke dalam ekosistem keuangan utama.

        Perlindungan terhadap Inflasi

        Progresi regulasi ini sangat penting, karena tidak hanya membentuk lanskap operasional bagi perusahaan seperti Reku tetapi juga memengaruhi adopsi dan integrasi crypto secara lebih luas ke dalam sistem global.

        Jesse merefleksikan evolusi peran dan persepsi Bitcoin dalam lanskap keuangan, mencatat pergeseran yang jelas dalam cara Bitcoin dilihat dan digunakan, mengisyaratkan bahwa Bitcoin sekarang sering dibandingkan dengan emas – dilihat sebagai perlindungan terhadap inflasi.

        Baca Juga: Tiga Inovasi BI dan TPID Sumatera jadi Jurus Baru Pengendalian Inflasi Pangan

        "Dengan integrasinya ke dalam struktur keuangan yang lebih formal, seperti munculnya ETF, dan penerimaan yang lebih luas oleh berbagai pemerintah dan lembaga global, Bitcoin menunjukkan bahwa dapat menjadi kelas aset yang tahan banting dan berharga, bahkan di tengah fluktuasi ekonomi," tutur Jesse.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: