Saat ini Indonesia masih menjadi pecandu bahan bakar minyak (BBM) untuk sektor transportasi. Hal tersebut dibuktikan oleh tingginya permintaan BBM dalam negeri. Diikuti dengan tingginya impor BBM di Indonesia.
Total impor produk BBM pada tahun 2023 saja sebesar 26,8 juta kilo liter (kl). Sedangkan, pada tahun yang sama konsumsi BBM dalam negeri secara keseluruhan tercatat 36 juta kl khususnya jenis bensin atau gasoline.
Baca Juga: Masuk Juli, Harga Indeks Pasar Biodiesel Sawit Tercatat Naik Rp384/Liter
Penjualan BBM pada tahun 2023 lalu berdasarkan catatan dari Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia mencapai 80,4 juta Kl. Yang mana, penjualan tertinggi untuk produk BBM adalah biogasoil sebesar 35,7 juta kl. Disusul gasoline RON 90 sebesar 30,2 juta kl.
Di satu sisi, dunia termasuk Indonesia sedang berusaha untuk mengurangi sumbangan emisi karbon melalui target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 nanti. adapun salah satu upaya yang terus digenjot adalah mengurangi konsumsi BBM yang dinilai bisa menghasilkan emisi karbon yang tinggi.
Lantas, apa saja bahan bakar pengganti BBM yang bisa digunakan di dalam negeri sendiri? Dilansir dari berbagai sumber, Kamis (4/7/2024) berikut adalah daftar alternatif pengganti BBM bensin
- Bioetanol
Saat ini Indonesia sedang mengembangkan sumber bahan bakar pengganti BBM yang berasal dari tetes tebu atau biasa yang disebut molase menjadi bioethanol. Bioethanol sendiri digunakan sebagai bahan campuran BBM.
Menurut Edi Wibowo selaku Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM, ada aturan yang mencakup diversifikasi tanaman penghasil bioethanol seperti jagung, padi, singkong dan sorgum.
Produksi bioethanol di Indonesia saat ini baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahunnya. Adapun untuk tahun 2030 nanti, pemerintah menargetkan mencapai produksi sebanyak 1,2 juta KL. Harapannya adalah bisa mengurangi impor BBM sebesar 60%. Khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL.
- Bioavtur
Untuk menyediakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan di Indonesia, Subholding Refining & Petrochemical Pertamina berkomitmen membuat BBM ‘hijau’ berbasis minyak sawit (CPO) baik untuk solar maupun avtur.
Baca Juga: PKS Minta Pemerintah Turunkan Harga BBM di Awal Juli, Sebab SPBU Swasata Sudah Melakukannya
Menurut penjelasan dari Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman, pihaknya saat ini telah berhasil memproduksi bahan bakar pesawat jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur.
Produksi tersebut dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan cara mencampurkan minyak sawit sebesar 2,4% yang berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya berasal dari produk turunan sawit yakni Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).
- Bahan Bakar Gas (BBG)
Selain itu, salah satu sumber energi bersih yang diandalkan dalam proses transisi energi adalah gas. Emisi gas dinilai jauh lebih rendah daripada batu bara sehingga cocok untuk sumber energi ketika transisi dari energi fosil ke energi bersih.
Baca Juga: Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru per 1 Juli 2024: Tidak Ada Kenaikan Harga
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menjelaskan jika gas bumi menjadi sumber energi yang paling cocok untuk fase transisi energi tersebut. Khususnya, karena Indonesia mempunyai pasokan gas yang cukup melimpah.
Sekitar 30 tahun silam, tutur Djoko, Indonesia pernah memanfaatkan gas sebagai sumber energi untuk sektor transportasi. Saat itu telah dibangun sekitar 28 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Namun permintaan untuk kendaraan berbahan bakar gas menurun karena kurangnya dukungan kebijakan pemerintah.
Kendaraan Listrik
Indonesia tengah gencar-gencarnya mendorong penggunaan kendaraan listrik dalam negeri. Bahkan, Indonesia juga mendorong ekosistem baterai kendaraan listrik.
Berdasarkan keterangan dari Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo memaparkan perihal murahnya mengisi daya kendaraan listrik melalui stasiun pengisian kendaraan listrik umum yang mana biaya pengeluaran untuk mengisi daya hanya Rp3.500 setara 1 liter BBM.
Hidrogen
Salah satu upaya untuk mencapai target NZE 2060 nanti adalah dengan mengembangkan salah satu energi baru, yakni hydrogen. Indonesia dinilai memiliki potensi energi hydrogen hingga 32 juta ton per tahunnya.
Baca Juga: Pertamina Terima Kompensasi BBM 2023 Rp43,52 Triliun, Dukungan Pemerintah Jaga Keberlanjutan Layanan
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, potensi hydrogen di Indonesia masih sangat besar. Terlebih, perkiraan permintaan hydrogen di Indonesia pada beberapa tahun ke depan hanya sekitar 13 juta ton per tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: