Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kebut Transisi Energi, Pembangunan Smart Grid Jadi Keharusan

        Kebut Transisi Energi, Pembangunan Smart Grid Jadi Keharusan Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya mengembangkan infrastruktur transmisi dan smart grid (jaringan cerdas) dalam upayanya mengakselerasi transisi energi di Indonesia. Hal tersebut penting bahkan menjadi kunci keberhasilan mencapai Net Zero Emission (NZE) di bidang pembangkit listrik.

        “Digitalisasi teknologi dan modernisasi infrastruktur kelistrikan dapat dilakukan melalui pendekatan internet of things (IoT) dengan memanfaatkan jaringan listrik cerdas atau smart grid,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu saat menyampaikan keynote speech acara Simposium “Indonesia's Energy Transition: Integrating Smart Grid Technology” di Jakarta (16/07/2024).

        Baca Juga: DPR Apresiasi Pemerintah atas Peningkatan EBT di PLTU Paiton

        Jisman menuturkan penerapan smart grid bagi sistem tenaga listrik menjadi suatu keharusan dengan memperhatikan besarnya manfaat smart grid bagi peningkatan keandalan, peningkatan porsi EBT dalam bauran energi nasional dan peningkatan efisiensi energi.

        Seperti diketahui, smart grid sebagai sistem jaringan tenaga listrik cerdas telah dilengkapi dengan teknologi informasi dan komunikasi canggih yang dapat memungkinkan sistem pengaturan tenaga listrik secara efisien.

        Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo pada acara peluncuran Electricity Connect 2024 di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, Rabu, (17/07/2024).

        Darmawan mengatakan, pemanfaatan sumber daya EBT tidak akan maksimal bila tak diiringi dengan pembangunan transmisi kelistrikan antar pulau di Indonesia. 

        Tanpa adanya transmisi seperti smart grid, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) hanya bisa mencapai 5 gigawatt (GW). 

        Baca Juga: Dukung NZE 2050, SIG Terus Hadirkan Produk Bahan Bangunan Rendah Karbon untuk Konstruksi

        "Tetapi kalau membangun namanya smart grid, flexible power generation, smart dispatch center, smart distribution, smart transmission, smart meter, ternyata bisa meningkatkan dari sekitar 5 giga bahkan mendekati sekitar 30 gigawatt additional solar and wind," tutup Darmawan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: