Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menuju Pelaksanaan Kebijakan B50, Mentan: Sekarang Perusahaannya Siap!

        Menuju Pelaksanaan Kebijakan B50, Mentan: Sekarang Perusahaannya Siap! Kredit Foto: Antara/Rizal Hanafi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyebut jika pihaknya saat ini tengah menyiapkan industri biofuel untuk mendukung program B50 yang diusung oleh presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto.

        "Sekarang perusahaannya sudah siap. Kita siapkan dari sekarang perusahaan yang nantinya seperti arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) dan presiden terpilih (Prabowo Subianto) itu kita capai B50 ke depan," kata Amran dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Warta Ekonomi, Senin (22/7/2024).

        Baca Juga: BRIN Manfaatkan Limbah Padi dan Sawit Jadi Biosilika Bernilai Ekonomis

        Pemerintah Indonesia, sebut Amran, telah mempersiapkan industri biofuel untuk mendukung program B50 yang merupakan inisiatif guna meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati hingga 50% dari total konsumsi bahan bakar solar.

        "Upaya persiapan tersebut telah dilakukan sejak sekarang, dengan menyiapkan perusahaan yang akan berperan penting dalam mencapai target B50 yang diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto," ujarnya.

        Kendati demikian, dirinya tidak memaparkan detail lokasi dan daerah industri yang telah dipersiapkan untuk mendukung program tersebut.

        Alih-alih demikian, dia menjelaskan program B50 ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor solar dengan cara menggantinya dengan biofuel yang berasal dari minyak sawit mentah (CPO).

        Produksi biofuel Indonesia diklaim olehnya mencapai 46 juta ton per tahun dengan rincian sekitar 26 juta ton diekspor ke pasar global. Sementara itu, Indonesia masih mengimpor kurang lebih 5,3 juta ton solar tiap tahunnya.

        "Kalau biofuel sekarang ini produksi kita 46 juta. Kita ekspor 26 juta. Kalau kita konversi lagi karena kita impor 5,3 juta ton solar, itu artinya apa? Nanti harga CPO dunia naik ujungnya adalah dinikmati petani Indonesia," jelasnya.

        Di sisi lain, pihaknya berharap agar implementasi program B50 ini tidak hanya mengurangi ketergantungan impor solar saja, melainkan meningkatkan daya tawar CPO di pasar internaisonal.

        Baca Juga: Analis Sebut Agenda Sawit Prabowo Mendapat Dukungan Global

        Hal tersebut, menurutnya dianggap sebagai langkah yang menguntungkan bagi para petani di Indonesia yang merupakan produsen terbesar CPO dunia dengan pangsa pasar menyentuh 58 – 60%.

        Mentan juga menyoroti potensi Indonesia sebagai penyedia utama dari bahan baku CPO global. Kebijakan tersebut diyakini olehnya tidak akan menimbulkan banyak masalah yang berarti seiring dengan pasokan CPO di Indonesia aman serta tidak terganggu.

        "Kita tahu, sumber bahan baku kita untuk CPO terbesar dunia. Kita punya 58 persen bahkan 60 persen untuk CPO. Nanti kalau itu saya kira tidak ada masalah, Insya Allah aman," kata Amran.

        Sektor Hulu Sawit Perlu Dapat Perhatian Khusus

        Sementara itu, sejumlah kalangan menilai jika keberlanjutan program biodiesel sebagai bahan bakar nabati (BBN) sebagai pengganti BBM yang dicanangkan oleh pemerintah masih memerlukan beberapa penanganan masalah di sektor hulu sawit.

        Rapolo Hutabarat selaku Head Of Sustainability Division Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menegaskan bahwa penanganan masalah di sektor hulu sawit harus dilakukan karena merupakan kunci keberlanjutan dari program biodiesel lantaran menyangkut ketersediaan bahan baku.

        "Permasalahan ini memang harus segera diselesaikan, terutama dari sisi hulu. Kita tahu bahwa banyak yang harus dikerjakan di sektor hulu, terutama karena inilah yang menentukan ada tidak bahan bakunya," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) bertemakan 'Biodiesel untuk Negeri' yang digelar Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Sawit Setara, ditulis Warta Ekonomi, Senin (22/7/2024).

        Keberlanjutan dari program blending biofuel seperti B40, sebutnya, dan kemungkinan akan meningkat lebih lanjut ke B45 atau B50 memang sangat penting. Namun, keberhasilan program itu sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku pada sektor hulu itu sendiri.

        Oleh sebab itu, pihaknya berharap jika pemerintah bisa segera menyelesaikan permasalahan pada sektor hulu. Tujuannya agar Indonesia bisa mencapai cita-cita besar dalam industri sawit khususnya target produksi CPO sebesar 100 juta ton pada tahun 2045 mendatang.

        Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Rino Afrino, menegaskan perlunya peningkatan produktivitas melalui langkah-langkah pembenahan sektor hulu.

        Ada beberapa tantangan dalam peningkatan produktivitas sawit khususnya di sektor hulu misalnya legalitas lahan yang mana saat ini sekitar 3,4 juta hektare lahan sawit tervonis dalam kawasan hutan dan terancam hilang.

        Baca Juga: Ombudsman dan Kementan Bersinergi, Siap Optimalkan Tata Kelola Sawit

        Kemudian, kata dia, realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang masih di bawah 10 persen dari target atau 390 ribu hektar dari 2,4 juta hektar yang ditetapkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: