Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apkasindo Dukung Penuh Program Biodiesel, Soroti Minimnya Sosialisasi

        Apkasindo Dukung Penuh Program Biodiesel, Soroti Minimnya Sosialisasi Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung, menegaskan jika pihaknya terus mendukung penuh kemajuan ekonomi Indonesia melalui komoditas sawit dengan mendorong program biodiesel yang merupakan energi hijau.

        Menurut dia, Apkasindo tidak pernah gentar menghentikan langkahnya untuk terus memperjuangkan sawit Indonesia. Secara tegas Gulat mengatakan jika pihaknya mendukung penuh program pemerintah yang terus mendorong kemajuan ekonomi Indonesia melalui sawit.

        “Dengan semangat dan pemahaman yang tinggi, kami jelas mendukung penuh pemerintah yang sedang mendorong bioenergi dengan menggunakan bahan baku sawit melalui program Biodiesel,” kata Gulat, dalam keterangannya yang diterima Warta Ekonomi, Senin (29/7/2024).

        Dia pun yakin jika program biodiesel yang merupakan program energi hijau berbahan baku sawit sangat tepat untuk terus didorong dan dikembangkan oleh pemerintah lantaran tingginya ketersediaan bahan bakunya di Indonesia sendiri. dengan kata lain, ujarnya, Indonesia sudah masuk dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan meminimalkan karbondioksida dari bahan bakar berbasis minyak bumi.

        Penggunaan sawit sebagai bahan baku biodiesel pun dirasa akan meningkatkan serapan penggunaan sawit dalam negeri yang meningkat.

        “Agar terus mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat, maka produksi minyak sawit mentah (CPO) pun harus meningkat,” ucapnya.

        Dirinya pun merasa prihatin pasalnya disaat kebutuhan bahan baku sawit dalam negeri meningkat untuk bahan bakar energi biodiesel, namun secara bersamaaan produksi maupun produktivitas sawit Indonesia dalam 5 tahun belakangan justru menurun dan cenderung stagnan.

        Maka dari itu, dirinya menyampaikan bahwa Indonesia perlu strategi dan taktik agar pemerintah bisa menjaga keseimbangan, input maupun output CPO dan salah satu caranya yakni dengan peremajaan sawit rakyat (PSR) yang dapat meningkatkan produktivitas CPO.

        Baca Juga: Target Biodiesel B40 Bisa Dikebut Tahun Ini, Ini Kuncinya!

        Desak Tinjau Kembali UUCK

        Klaim sawit masuk kawasan hutan menurut Gulat sangat merugikan petani sawit. Oleh sebab itu, dirinya berharap pemerintah bisa menyelesaikan dengan cara yang bijaksana. Salah satunya adalah dengan meninjau kembali Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK) terutama pasal 110b untuk penyelesaian sawit dalam kawasan hutan.

        Apabila UUCK tersebut diimplementasikan, maka akan berpotensi menghilangkan sekitar 2,8 juta hektar kebun sawit yang dianggap masuk kawasan hutan sehingga tidak bisa mengikuti PSR atau diremajakan dan direplanting.

        “Jadi pasal ini harus dihilangkan agar program mandatori biodiesel bisa berlangsung sesuai harapan dari presiden Jokowi dan calon presiden terpilih Prabowo,” tegas Gulat.

        Sementara itu, biodiesel sawit juga masih menghadapi berbagai tuduhan dan kampanye negatif dari luar negeri maupun dalam negeri terhadap biodiesel sangatlah tinggi. Jika semua benar-benar memahami soal kampanye negatif sawit, menurut Gulat masalah-masalah tersebut sangatlah gampang untuk diatasi.

        “Suruh mereka untuk tidak menggunakan semua produk yang berbahan baku sawit seperti; biodiesel maupun minyak goreng. Maka mereka akan tahu, jika dunia tidak bisa lepas dari minyak sawit. Namun mereka hanya mengingkari apa yang sudah diterima baik secara pribadi maupun tidak,” ungkap Gulat.

        Maka dari itu, solusi yang menurut Gulat paling tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan sosialisasi dengan mengedukasi bagaimana bersahabatnya biodiesel dengan alam maupun ekonomi dan sosial. Yang mana 3 dimensi berkelanjutan tersebut dinilai saling bersatu padu dan bersinergi untuk biodiesel ini.

        Perihal kalangan yang masih belum memahami manfaat dari energi baru terbarukan (EBT) yang menggunakan bahan baku sawit, Gulat menjelaskan bahwa kelemahannya terletak pada minimnya sosialisasi. 

        Baca Juga: Ambisius, Pemerintah Optimistis Soal Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol

        “Oleh karena itu perlu bekerja sama semua pihak baik stakeholder sawit untuk terus melakukan sosialisasi bersifat edukasi kepada semua elemen Masyarakat. Maka dengan adanya itu, akan disadari bahwa Indonesialah negara yang paling maju teknologi biodieselnya dan diserap oleh negeri sendiri,” tuturnya.

        Tak lupa dirinya juga mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia pun terkadang masih lupa bahwa negeri ini merupakan negeri penghasil CPO terbesar di dunia, sekaligus sebagai negara pengguna atau konsumen CPO terbesar di dunia.

        “Oleh karena itu, EBT yang dilaksanakan di Indonesia untuk menjaga kelestarian lingkungan. Indonesia lebih perhatian untuk memberi sosialisasi yang bersifat edukasi, seperti apa yang dimaksud dengan EBT dan Negara kita sudah sampai mana dalam menjaga alam dan gas rumah kaca,” pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: