Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menarik China, Langkah Strategis Indonesia Genjot Produksi Migas hingga 2030

        Menarik China, Langkah Strategis Indonesia Genjot Produksi Migas hingga 2030 Kredit Foto: Kementerian ESDM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi guna mencapai target produksi minyak dan gas bumi hingga tahun 2030 yakni sebesar 1 juta barel untuk minyak bumi dan sebesar 12 Billion Cubic Feet (BCF) untuk gas bumi.

        Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menerangkan Pemerintah telah menyiapkan skema jangka pendek, menengah dan jangka panjang. 

        Baca Juga: Pemerintah Upayakan Skema New Gross Split untuk Genjot Iklim Investasi Migas

        Untuk strategi jangka pendek, Pemerintah akan meningkatkan produksi dari lapangan-lapangan eksisting ditambah penggunaan Enchanced Oil Recovery (EOR). Terdiri dari pengeboran lebih dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sebanyak 1.000-1.500 sumur per tahun, serta percepatan eksekusi CEOR Minas Area 2, Steamflood Rantau Bais dan simple sulfactant Balam South.

        ”Ini adalah upaya-upaya kita dijangka pendek dan kita juga sudah memberikan support diupaya juga dukungan-dukungan yang terkait dengan apa yang ada, produksi yang bisa kita berikan support,” ujar Arifin pada jumpa awak media di Dirjen Migas ESDM, Jumat (02/08/2024).

        Lalu di jangka menengah Pemerintah akan mentransformasi R-to-P serta full scale EOR dan Waterflood. Yang terdiri dari percepatan proyek 125 POD/OPL/OPLL baru, percepatan POD 58 undeveloped discoveries, percepatan 55 lapangan CEOR, dan WF melalui strategic alliance, full scale EOR Minas, serta dengan mendorong investasi hulu migas China ke Indonesia.

        Sementara untuk strategi jangka panjang adalah dengan eksplorasi dan pengembangan migas non konvensional, yang meliputi pengeboran eksplorasi targeting giant prospect dengan rata-rata 54 sumur per tahun, serta dengan melakukan kerja sama migas non konvensional dengan pemain besar dunia seperti EOG, Resources, CNPC, dan lainnya.

        Arifin menuturkan bahwa memang produksi migas nasional sempat mengalami penurunan. Jika dilihat dari kapasitas produksi memang gas lebih stabil dibanding minyak. 

        Baca Juga: Peran Media dalam Penyampaian Informasi Industri Hulu Migas Diperlukan, Ini Alasannya!

        ”Mengenai gas 12 BCF, insya Allah bisa ketemu. Jadi dengan adanya temuan-temuan baru, prospek di Andaman, South Andaman, dan juga di Selat Makassar. Gas ini nanti kita pakai banyak ke dalam negeri, untuk menjadi andalan kita untuk bisa mendukung transisi energi,” ujar Arifin 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: