- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Wamentan Minta Produktivitas Sawit Ditingkatkan Demi Biodiesel B50 Mendatang
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) yang baru, Sudaryono, menegaskan pentingnya peningkatan produktivitas tanaman sawit untuk mendukung program biodiesel B50. Tujuannya adalah memajukan industri biodiesel dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil itu sendiri.
Dalam kunjungan kerjanya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (21/8/2024), Sudaryono mengatakan bahwa peningkatan produktivitas CPO memerlukan pemilihan bibit sawit unggul nan berkualitas serta penggunaan teknik perawatan dan data sensor yang baik.
"Kita juga meningkatkan produktivitas CPO dengan pemilihan bibit (sawit) yang unggul, yang baik, treatment yang baik, memakai data sensoring dan seterusnya," kata Sudaryono.
Selain itu, dia mengimbau kepada para petani sawit untuk selalu membeli bibit yang bersertifikat agar meningkatkan hasil produksi mereka. Tujuannya mendukung pemerintah dalam mewujudkan program biodiesel B50 nanti.
Potensi biodiesel B50 di Indonesia, ucapnya, sangatlah besar mengingat 60% CPO yang beredar di pasar global berasal dari Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut menghadapi berbagai isu penolahan khususnya dari beberapa negara di Eropa.
Di sisi lain, kebutuhan pergeseran energy dari fosil ke berbagai energy terbarukan semakin mendesak. CPO, dalam konteks tersebut, perlu dikonversi menjadi biodiesel untuk memenuhi kebutuhan energy yang lebih ramah lingkungan.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil menerapkan B35 yakni bahan bakar yang berasal dari 35% biosolar dari CPO. Adapun kini targetnya adalah meningkatkan kandungan biodiesel menjadi B50.
Wamentan bahkan menilai bahwa secara teknologi Indonesia mampu memproduksi B100. Akan tetapi, hal tersebut masih terkendala berbagai kebutuhan untuk keseimbangan perdagangan dan pasokan pangan itu sendiri. Adapun prioritas utama tetap pada pemenuhan kebutuhan pangan sebelum fokus pada energy.
"Tapi kan tentu saja ada keseimbangan dagang, enggak serta-merta terus semua di convert pasti ada kebutuhan dagang, kebutuhan untuk pangan, (baru) untuk energi," jelasnya.
Sudaryono pun menegaskan pentingnya untuk memastikan semua kebutuhan minyak sawit untuk pangan dan kebutuhan primer lainnya terpenuhi lebih dahulu sebelum memperbesar produksi biodiesel. Dengan kata lain, keseimbangan antara kebutuhan pangan dan energy harus diperhatikan.
"Karena kan pasti kalau kita sumber daya itu yang pertama adalah konversi terhadap pangan baru setelahnya kita pikirkan energi. Jadi kalau minyak goreng, semua kebutuhan minyak sawit kita untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan primer kita beres, itu pelan pelan nanti (konversi ke energi)," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: