- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
BPDPKS Rinci Keberhasilan Hilirisasi Sawit, Dari Insentif Biodiesel Hingga Pabrik Minyak Makan Merah
Kabul Wijayanto, Direktur Perencanaan dan Pengelolaan dana sekaligus Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen serius dalam pengembangan biodiesel sawit di Indonesia. Pasalnya, biodiesel sawit dinilai sebagai instrument untuk mendorong peningkatan penyerapan crude palm oil (CPO) melalui perluasan pasar sawit domestik.
Sehingga, hal itu berimplikasi pada peningkatan demand minyak sawit itu sendiri. Kabul menjelaskan bahwa dalam teori ekonomi, peningkatan demand akan menyebabkan harga komoditas tersebut meningkat. Dengan kata lain, peningkatan harga minyak sawit dan TBS sebagai bahan baku biodiesel akan meningkatkan pendapatan pelaku usaha perkebunan sawit, termasuk petani sawit.
“Dalam sisi energi, sawit ini berkah dari Tuhan baik dari aspek ketahanan pangan, kedaulatan pangan, dan juga kedaulatan energi. Karena energi merupakan salah satu basis utama yang harus kita kuasai,” terang Kabul kepada Warta Ekonomi, Kamis (29/8/2024).
Baca Juga: Mengenal Teknologi SRORS yang Lebih Ramah Lingkungan untuk Industri Kelapa Sawit
Kabul menilai bahwa sawit merupakan salah satu komoditi sumber energi baru terbarukan. Oleh sebab itu, tidak ada yang dapat menyaingi sawit. Di sisi lain, sumber energi dari sawit ini lebih ramah lingkungan dan bisa diperbarui. Tidak seperti sumber energi fosil atau batu bara.
Selain itu, dalam sisi ketahanan pangan nasional, Kabul menjelaskan pemanfaatan minyak sawit dan inti sawit untuk produk pangan lebih mengarah pada stabilitasnya dalam bentuk semi solid pada suhu ruang. Serta, sawit bisa digunakan sebagai substitusi lemak hewani dan minyak nabati yang kayak akan gizi.
“Bisa kita lihat berbagai produk olahan minyak sawit menjadi produk pangan, antara lain adalah minyak goreng, margarin, shortening, vegetable ghee/vanaspati, confectioneries fat, filling/cream, spread fat, filled milk, Cocoa Butter Alternatves (CBE/CBS/CBR) dan berbagai produk emulsifier lainnya,” ucap dia.
Kontribusi lainnya sawit dalam mendukung ketahanan pangan nasional bisa dilihat dari pemanfaatan minyak sawit pada produk pangan yang terbesar yakni sebagai minyak goreng. Khususnya di negara-negara yang eating habit-nya banyak mengonsumsi makanan yang melalui proses penggorengan terlebih dahulu.
Berdasarkan data industri sawit, dapat diliat bahwa untuk kebutuhan pangan domestik di tahun 2023 sebesar 10,29 Juta MT, dan diproyeksikan ditahun 2024 kebutuhan pangan domestik akan sebesar 15,34 Juta MT.
Baca Juga: Strategi Mendongkrak Produksi Kebun Sawit Rakyat: Menuju 50 Juta Ton CPO di 2024
Potensi Pangan Minyak Makan Merah
Lebih lanjut, Kabul mengungkapkan upaya hilirisasi lain yakni adanya pabrik minyak makan merah. Menurut Kabul, potensi pangan dari minyak makan merah ini akan meningkatkan nilai tambah komoditas melalui pengolahan menjadi produk jadi. Sehingga, dapat meningkatkan penyerapan tandan buah segar (TBS) petani rakyat itu sendiri.
Adapun Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan pabrik percontohan minyak makan merah Pagar Merbau di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Kamis 14 Maret 2024 lalu.
“Peresmian pabrik minyak makan merah pertama di Indonesia ini menandai langkah maju dalam industri kelapa sawit nasional dan pemberdayaan petani,” ungkap Kabul.
Secara nasional, tercatat dukungan pendanaan 3 pabrik minyak makan merah antara lain di Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara; lalu Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara; dan terakhir Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: