- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Indonesia Perlu Investasi US$15,9 Miliar Hingga 2030 Buat Pengembangan EBT
Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dengan total potensi mencapai 3,4 TeraWatt. Namun, pemanfaatan saat ini hanya mencapai 0,3 persen.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyatakan perlunya percepatan pemanfaatan EBT guna mendukung ketahanan energi nasional.
"Potensi energi baru terbarukan kita besar, tetapi pemanfaatannya masih sangat kecil, hanya 0,3 persen. Ini menjadi perhatian serius dari pemerintah, dan Pak Menteri ESDM selalu menanyakan langkah konkret untuk meningkatkan bauran energi terbarukan kita,” jelas Eniya.
Baca Juga: Dirjen EBTKE: Demand Hidrogen Bakal Tembus 9,9 Juta Ton Pertahun di 2060
Untuk mengoptimalkan potensi ini, Eniya menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi besar hingga US$ 15,9 miliar sampai tahun 2030. Investasi ini dianggap penting dalam pengembangan berbagai sumber energi terbarukan, seperti tenaga angin, surya, dan geothermal, yang memiliki potensi besar namun belum dimaksimalkan.
Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan untuk mendukung pengembangan EBT, termasuk insentif fiskal dan perbaikan regulasi guna menarik lebih banyak investasi di sektor ini. Namun, diperlukan kolaborasi yang lebih intensif antara pemerintah, investor, dan pelaku industri untuk memastikan implementasi proyek-proyek EBT dapat berjalan sesuai target.
Di sisi lain, beberapa perusahaan swasta telah menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Salah satunya adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang telah melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kapasitas terpasang energi geothermal di Indonesia.
Baca Juga: Dua Ganjalan Berujung Indonesia Diproyeksikan Gagal Capai Target 23% EBT 2025
BREN, melalui anak perusahaannya Star Energy Geothermal, merencanakan proyek retrofit yang bertujuan menambah kapasitas terpasang sebesar 102,6 MW dengan investasi diperkirakan mencapai US$340 juta di sejumlah fasilitas geothermal di Indonesia.
“Ini adalah momen penting bagi kami untuk memajukan infrastruktur energi terbarukan Indonesia. Dengan melakukan retrofit dan menambah kapasitas pembangkit eksisting, kami memastikan masa depan yang berkelanjutan dan efisien untuk energi bersih di negara ini,” kata Hendra Tan, CEO BREN.
Selain itu, BREN juga bekerja sama dengan perusahaan energi asal Filipina, ACEN, dalam mengembangkan proyek energi angin di berbagai wilayah Indonesia.
Kemitraan ini dibangun berdasarkan akuisisi penting pada tahun 2024 dari tiga aset pengembangan energi angin yang berada di tahap akhir di Sulawesi Selatan, Sukabumi, dan Lombok.
Proyek ini diharapkan mampu menambah kapasitas sebesar 320 MW dengan menggunakan teknologi penyimpanan energi baterai yang canggih.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri