Direktur Asosiasi Ukroliaprom, Stepan Kapshuk, menegaskan bahwa tidak ada larangan terhadap penggunaan minyak sawit di Ukraina. Hal tersebut dia katakan untuk merespon isu mengenai pelarangan minyak kelapa sawit yang kembali menjadi perhatian di Ukraina, khususnya setelah beredarnya laporan media yang keliru menggambarkan undang-undang terbaru terkait produk makanan.
Menurut Kapshuk, fokus utama dari undang-undang tersebut adalah pembatasan lemak trans dalam produk makanan, bukan pelarangan minyak kelapa sawit. Dia pun tidak membantah bahwa perdebatan larangan minyak sawit muncul setiap lima tahun sekali, namun kerap disalahartikan oleh publik.
Baca Juga: BMKG Dorong Industri Sawit Terapkan Praktik Berkelanjutan: Tekan Emisi GRK
“Pada kenyataannya, yang dilarang adalah lemak terhidrogenasi, yang merupakan sumber lemak trans,” kata Kapshuk dikutip dari DairyNews.today, Selasa (15/10/2024).
Dalam peraturan sanitasi nasional Ukraina, lemak trans telah terbukti berbahaya bagi kesehatan dan telah dibatasi sesuai undang-undang. Negara tersebut telah menetapkan batas maksimum lemak trans sebesar 2 gram per 100 gram produk sesuai dengan standar global. Di sisi lain, kebijakan tersebut juga sejalan dengan kebijakan Uni Eropa yang ketat terhadap produk ekspor, khususnya gula-gula. Selain itu, dirinya juga mengklarifikasi bahwa undnag-undang terbaru yang berlaku sejak pembahasan panjang di tahun 2021 tidak menargetkan minyak sawit.
“Undang-undang ini berkaitan dengan regulasi lemak trans dan pelabelan produk makanan, terutama produk susu dan makanan bayi,” jelasnya.
Sehingga, hal ini turut menyoroti pentingnya transparansi dalam pelabelan, yang mana produk yang mengandung minyak nabati harus dibeli label dengan jelas.
Baca Juga: EUDR Gak Fair, Gulat Manurung Dorong Uni Eropa Turun Gunung Bantu Petani Sawit
Adapun salah satu poin penting yang ditekankan oleh Kapshuk adalah kesalahan informasi yang beredar di media terkait dengan undang-undang tersebut, dia menegaskan bahwa undnag-undang yang meliputi “Tentang Susu dan Produk Susu” serta “Tentang Makanan Bayi” tidak melarang minyak sawit, melainkan hanya menetapkan batasan ketat terhadap lemak trans.
Produk yang mengandung minyak nabati, ucapnya, termasuk minyak sawit masih diizinkan selama diberi label dengan benar dan tidak digunakan dalam produk yang secara tradisional berbasis susu seperti keju dan mentega.
Kendati ada pembatasan lemak trans, namun impor minyak sawit ke Ukraina tetap berjalan. meskipun demikian, Kapshuk mengakui bahwa tantangan logistic akibat perang saat ini telah membatasi volume impor minyak sawit.
Baca Juga: Menperin Optimis Hilirisasi Sawit Capai Rp775 Triliun
“Produksi pangan di Ukraina menurun, dan impor minyak sawit saat ini sekitar 100.000 ton per tahun,” ungkapnya.
Sebagai informasi, sebagian besar minyak sawit diimpor melalui pelabuhan di Kazakhstan, Turki, dan Rotterdam yang menyebabkan peningkatan biaya logistik.
Ke depannya, Kapshuk mengaku tidak melihat adanya peningkatan signifikan dalam impor minyak sawit hingga kondisi di Ukraina lebih stabil. Kapshuk juga menegaskan bahwa larangan minyak sawit di Ukraina tidak realistis.
“Minyak sawit membantu mengurangi lemak trans, dan itu sangat menjadikannya bahan berharga dalam industri pangan,” jelasnya.
Baca Juga: Koalisi Masyarakat Sipil: EUDR Ditunda, Perbaikan Tata Kelola Sawit Akan Melambat
Dengan kata lain, meskipun ada regulasi ketat terkait lemak trans, minyak sawit akan terus menjadi bagian penting dalam produksi makanan di Ukraina. Khususnya untuk produk roti dan gula-gula.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar