- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
NU Kuatkan Sinergi, Kenalkan Santri tentang Kontribusi Sawit untuk Ekonomi
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) meluncurkan program “Sawit Goes to Pesantren”. Inisiasi tersebut bertujuan sebagai upaya edukasi bagi santri serta warga Nahdliyin perihal manfaat serta kontribusi kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia.
Adapun program tersebut mendapat dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) serta dihadiri oleh sejumlah tokoh, di antaranya adalah Kepala Divisi UKMK BPDP, Helmi Muhansyah; Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf; Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono; dan Plt. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Heru Tri Widarto.
Baca Juga: Industri Sawit dan Kakao Tanggapi Diubahnya BPDPKS
Dalam keterangannya, Sekretaris LPP PBNU, Tri Chandra Aprianto, mengungkapkan bahwa selama ini sektor kelapa sawit menghadapi banyak tantangan. Mulai dari legalitas, tumpang tindih lahan, hingga kelembagaan petani yang lemah. Sehingga, tantangan tersebut berdampak pada pelaksanaan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Dirinya juga menyampaikan keluhan dari berbagai wilayah seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Riau terkait dengan kesulitan yang dihadapi oleh para petani sawit rakyat.
"PSR menghadapi banyak tantangan, terutama terkait lahan yang tumpang tindih. Kami mendorong pemerintah dan asosiasi kelapa sawit untuk membahas masalah ini lebih lanjut," ujar Tri Chandra, yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Program Sawit Goes to Pesantren, dalam keterangan tertulis, dikutip Warta Ekonomi, Senin (28/10/2024).
Tri menegaskan bahwa LPPNU berkomitmen dalam mendukung program tersebut. Pasalnya, program tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Nahdlatul Ulama yang berfokus pada ulama dan rakyat. Yang mana, banyak warga Nahdliyin juga berprofesi sebagai petani sawit.
Baca Juga: Soal Biodiesel, Pemerintah Diminta Wajibkan Industri Libatkan Petani Sawit
Dalam keterangan yang sama, Helmi Muhansyah selaku Kepala Divisi UKMK BPDP menjelaskan bahwa minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling efisien jika dibandingkan dengan minyak lainnya.
"Minyak kelapa sawit lebih efisien. Untuk menghasilkan satu ton minyak sawit hanya diperlukan 0,3 hektare lahan, sementara minyak kedelai membutuhkan 4 hektare," kata Helmi.
Adanya kampanye hitam terhadap kelapa sawit oleh pihak luar, imbuhnya, membuat pentingnya edukasi mengenai kelapa sawit dirasa sangat penting, khususnya melalui pesantren. Sawit juga harus dikenalkan kepada publik dengan berbagai kegunaannya seperti membuat sabun, bahan baku untuk membatik, helm sawit, hingga rompi anti peluru.
Baca Juga: Kolaborasi Jadi Kunci, Program Biodiesel Butuh Tangan Petani Sawit
Program tersebut pun didukung dan diapresiasi oleh Plt. Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Heru Tri Widarto. Pihaknya mengapresiasi BPDP dalam melawan kampanye negatif tentang kelapa sawit. Dirinya pun menegaskan bahwa santri perlu diberikan pemahaman yang benar mengenai manfaat kelapa sawit.
Heru juga menyoroti peran penting kelapa sawit dalam perekonomian nasional, dengan kontribusi ekspor mencapai Rp400 triliun per tahun.
"Sawit adalah tulang punggung ekonomi kita. PSR harus difokuskan agar tepat sasaran, terutama dengan adanya isu B50 yang meningkatkan kebutuhan pasokan kelapa sawit," jelas Heru.
Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, menegaskan bahwa peran Nahdlatul Ulama, khususnya pesantren, sangat strategis dalam mengelola kelapa sawit untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga: Lawan Kampanye Hitam, BPDPKS Ajak Generasi Muda Melek Sawit
"NU mengurus sawit bukan untuk mencari keuntungan semata, tetapi sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan rakyat, termasuk warga Nahdliyin," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar