Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sinergia Animal: Banyak Perusahaan Asia Belum Tepati Komitmen Telur Bebas Sangkar

        Sinergia Animal: Banyak Perusahaan Asia Belum Tepati Komitmen Telur Bebas Sangkar Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Sebanyak 50 perusahaan dilaporkan tidak membuat kemajuan, atau hanya sedikit sekali kemajuan dalam menerapkan komitmen menghentikan penggunaan telur dari bebas sangkar, ungkap studi terbaru NGO Sinergia Animal.

        Laporan Bebas Sangkar terbaru yang dirilis oleh Sinergia Animal, mengungkapkan banyak perusahaan di Asia kemungkinan tidak akan memenuhi komitmen mereka dalam mengakhiri penggunaan telur dari sistem sangkar pada tahun 2025. 

        Baca Juga: Dukung Pencegahan Stunting, PLN Berdayakan Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Malang

        Dalam laporannya, Sinergia Animal mensurvei 78 perusahaan di India, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Thailand, dan menemukan bahwa 50 di antaranya berisiko gagal memenuhi janji mereka untuk menghentikan penggunaan telur dari sistem kontroversial, yang sudah dilarang di banyak negara ini.

        "Asia merupakan produsen telur terbesar di dunia. Jutaan ayam dikurung di sangkar yang membuat mereka tidak bisa berjalan, merentangkan sayap sepenuhnya, atau melakukan perilaku alami," kata Direktur Pengelola Act for Farmed Animals, koalisi NGO perlindungan hewan Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja, Among Pakrosa, dalam keterangan resminya, Kamis (31/10/2024)

        "Kami menyerukan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menepati janji mereka beralih ke sistem bebas sangkar sampai dengan tahun 2025,” sambungnya

        Beberapa perusahaan tertinggal tersebut terdiri dari Perusahaan Bendera Merah yakni Perusahaan dengan komitmen bebas sangkar di tahun 2025 namun tidak melaporkan kemajuan mereka. Sedangkan Perusahaan Bendera Oranye yaitu Perusahaan yang melaporkan kemajuan di negara lain tetapi tidak di Asia.

        Baca Juga: Strategi Kementan Jaga Stabilitas Pasokan dan Harga Ayam

        Perusahaan terkenal, termasuk Best Western, Millennium & Copthorne Hotels, Au Bon Pain, dan Subway, masuk dalam dua kategori ini. 

        "Masih ada waktu bagi mereka untuk bertindak, dan waktu terus berjalan. Kami akan mendorong konsumen untuk meminta perusahaan-perusahaan ini bertanggung jawab," katanya

        Di sisi lain, 34,61% (27 dari 78 perusahaan) dari perusahaan yang dianalisis telah membagikan kemajuan mereka di negara-negara Asia, dan 2 perusahaan sepenuhnya beralih ke telur bebas kandang di Asia atau secara nasional di Asia. Merek terkenal seperti Pizza Express, Subway Indonesia, dan Potato Head memimpin progresnya di Indonesia.

        Baca Juga: Dukung Peternak Mandiri, De Heus Hadirkan Pabrik Baru di Purwodadi

        "Peningkatan transparansi ini menunjukkan tren positif menuju kesejahteraan hewan yang lebih baik dan peningkatan kepercayaan konsumen," ujarnya 

        Laporan tersebut juga menyoroti kemajuan di antara produsen telur di Thailand dan Indonesia. Dari 50 produsen yang disurvei, 11 (22%) telah sepenuhnya beralih ke sistem produksi bebas sangkar.

        "Data yang kami kumpulkan dapat membantu perusahaan terhubung dengan produsen untuk memenuhi komitmen bebas sangkar mereka," ujarnya 

        Di samping itu, perusahaan yang kesulitan mendapatkan telur bebas sangkar dapat membeli kredit dari sistem “Impact Incentive” melaluikonsultan bisnis Global Food Partners—solusi temporer yang sudah digunakan oleh perusahaan besar seperti Compass Group dan Unilever. Sementara itu, Asia yang memproduksi 64% telur dunia, secara bertahap telah beralih dari penggunaan sangkar.

        Baca Juga: BAZNAS dan Ansaf Inti Resources Luncurkan Balai Ternak dan Rumah Kompos di Jember

        "Termasuk Bhutan, Cina, Indonesia, dan Thailand telah memiliki standar bebas sangkar, serta lebih dari 2.600 perusahaan di seluruh dunia, termasuk 318 di Asia, telah berkomitmen untuk beralih ke bebas sangkar," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: