Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dandan ala Tamu Hotel, Aktivis AFFA Gelar Protes di Depan Hotel Aston, Tuntut Penggunaan Telur Bebas Sangkar

Dandan ala Tamu Hotel, Aktivis AFFA Gelar Protes di Depan Hotel Aston, Tuntut Penggunaan Telur Bebas Sangkar Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah aktivis Act For Farmed Animals (AFFA) memakai jubah mandi sambil melakukan aksi di depan Hotel Aston Bellevue Radio Dalam, Senin (22/1). Pada aksi tersebut mereka meminta Archipelago International, grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara yang menaungi 9 brand di Indonesia, seperti Aston, Harper, Fave, dan Alana, untuk mengumumkan kebijakan telur bebas sangkar (cage-free) dalam rantai pasoknya. 

“Archipelago mengklaim sebagai operator hotel swasta independen no 1 di Asia Tenggara, namun tertinggal dari grup hotel lain dalam kebijakan kesejahteraan hewan,” kata Elfha Shavira, Manajer Kampanye Act For Farmed Animals, koalisi dari dua organisasi perlindungan hewan––Animal Friends Jogja dan NGO Internasional Sinergia Animal.  “16 group hotel besar seperti Wyndham Hotels & Resorts dan Best Western sudah menerbitkan kebijakan bebas sangkar, dan belum lama ini Banyan Tree dan The Ascott Ltd, dua brand terkemuka di industri pariwisata di Asia juga telah menerbitkan kebijakan bebas sangkar mereka,” tambah Elfha. 

Dalam aksinya, para aktivis menggunakan jubah mandi dan shower cap, menggambarkan tamu hotel Aston sambil memegang poster meminta perusahaan tersebut untuk segera merilis komitmen bebas sangkarnya. “Kami mempertanyakan standar kebijakan Archipelago apakah sejalan dengan klaim mereka sebagai No.1 di Asia Tenggara. Sudah saatnya perusahaan sebesar Archipelago bisa meningkatkan standar kesejahteraan ayam petelur melalui rantai pasok mereka,” ungkap Dhiani Probhosiwi, Manajer Kampanye Animal Friends Jogja

Di tahun 2022, diperkirakan ada lebih dari 370 juta ayam petelur di Indonesia, yang diperkirakan sebagian besarnya dikurung dalam sistem sangkar. 

Dalam sistem ini, ayam-ayam dikurung dalam kandang sempit dan kotor, saling berjejalan sehingga sulit bagi mereka untuk meregangkan sayap sepenuhnya atau melakukan perilaku alami, seperti bersarang, mandi debu, atau sekadar bertengger. Otoritas Keamanan Pangan Eropa menyimpulkan bahwa sistem ini memiliki prevalensi Salmonella yang lebih tinggi dibandingkan sistem bebas sangkar.

Saat ini lebih dari 300 perusahaan makanan dan perhotelan telah mengumumkan komitmen bebas sangkar, dan banyak diantaranya berencana menyelesaikan transisi menuju kebijakan tersebut pada tahun 2025 mendatang. 

“Jika memang Archipelago adalah grup terbesar di Asia Tenggara, seharusnya mereka tidak tertinggal dari grup hotel lain yang telah mengambil tindakan untuk meninggalkan telur dari sistem sangkar,” ungkap Elfha Shavira. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Advertisement

Bagikan Artikel: