Harga minyak mentah dunia ditutup menguat setelah adanya keputusan pemangkasan suku bunga dan kemenangan dari Donald Trump di Kamis (7/11). Pasar berhasil mengstabilkan diri setelah menghadapi kepanikan akibat ketidakpastian global.
Dilansir Jumat (8/11), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 0,93% atau 67 sen, menjadi US$72,36/barel. Sementara Brent untuk pengiriman Januari meningkat 0,95% atau 71 sen, mencapai US$75,63/barel.
Baca Juga: Siap Buktikan Keberlanjutan, Indonesia Minta Inggris Dukung Minyak Sawit
Analis Saxo Bank, Ole Hansen menyoroti bahwa kenaikkan ini juga tidak terlepas dari penurunan suku bungan sebesar 0,25% menjadi kisaran 4,50%-4,75% oleh Federal Reserve (The Fed). Langkah tersebut memberikan dorongan positif bagi harga minyak, seiring meningkatnya ekspektasi bahwa likuiditas tambahan dapat mendukung pemulihan permintaan energi.
Meski begitu, pasar menurutnya masih menghadapi tantangan seperti penguatan dolar dari Amerika Serikat (AS). Ia mengatakan penguatan tersebut cenderung membebani komoditas yang dihargai dalam dolar, seperti minyak mentah.
Di sisi lain, beberapa faktor geopolitik dapat menjadi pemicu kenaikan harga lebih lanjut seperti ekspektasi adanya sanksi baru terhadap Iran dan Venezuela hingga serta meningkatnya potensi konflik akibat kepemimpinan Trump.
“Faktor-faktor geopolitik ini mungkin tidak akan berdampak langsung dalam waktu dekat.Namun tanpa eskalasi besar, risiko penurunan harga minyak masih cukup tinggi, terutama jika permintaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan," tuturnya.
Baca Juga: Terobosan Teknologi dan Reaktivasi Sumur Idle, Gurminar: Lifting Minyak Bisa Tembus Target APBN 2025
Kombinasi tersebut bisa membantu mendorong harga minyak ke level yang lebih tinggi. Meskipun demikian, kekuatan dolar dan ketidakpastian permintaan global akan tetap menjadi penghambat dalam waktu dekat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: