Target pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) secara global masih jauh dari harapan. Berdasarkan laporan PBB tahun 2024, hanya 17 persen target SDGs yang telah tercapai. Hambatan utama meliputi konflik antarnegara, dampak pandemi Covid-19, serta keterbatasan pembiayaan.
“Kondisi kita saat ini menunjukkan bahwa jika tidak ada perubahan signifikan, Indonesia memerlukan 32 tahun untuk mencapai SDGs, meski target awalnya adalah 6 tahun ke depan,” kata Pungkas Bahjuri Ali, Kepala Sekretariat Nasional SDGs Kementerian PPN/Bappenas, dalam acara Telkom University (Tel-U) Anniversary: SDGs for Indonesia di Telkom University, Senin (2/12/2024).
Menurutnya, teknologi digital dapat menjadi kunci pencapaian hampir 70 persen target SDGs. “Digitalisasi memberikan potensi besar untuk mendukung transformasi dan akses inklusif di berbagai sektor,” ujarnya.
Namun, tantangan pembangunan yang belum inklusif masih terlihat, terutama di wilayah Indonesia bagian timur. Ekonomi digital dipandang sebagai solusi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Saat ini, pertumbuhan ekonomi inklusif Indonesia mencapai 62,4 persen, dengan peran aktif dari perguruan tinggi seperti Telkom University.
Pungkas menekankan pentingnya inovasi pembiayaan (innovative financing) untuk mengimbangi kontribusi APBN yang hanya mencakup 15 persen kebutuhan pembiayaan SDGs. Selain itu, diperlukan localising SDGs agar pemerintah daerah dan perguruan tinggi dapat berkontribusi sesuai kompetensinya.
Telkom University juga menjadi salah satu dari 57 SDGs Center yang ada di Indonesia. Perguruan tinggi ini aktif mendorong akses digital, khususnya di wilayah perbatasan, sebagai bentuk kontribusi pada pembangunan inklusif.
Pungkas menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan daerah untuk mencapai target SDGs. Dengan komitmen bersama, transformasi digital, dan inovasi seperti yang dilakukan Telkom University, Indonesia diharapkan dapat mempercepat langkah menuju pencapaian SDGs secara inklusif dan berkelanjutan.
“Kita perlu memanfaatkan potensi generasi muda dan teknologi untuk menjawab tantangan masa depan,” tegasnya
Sementara itu, Telkom University terus berinovasi dalam mendukung SDGs. Salah satu inovasi terbarunya adalah Agri Radar, hasil riset mahasiswa S2 Teknik Elektro, Muhammad Surya Sanjuani, dengan bimbingan Prof. Aloysius Ahadiat.
Baca Juga: Telkom University: Mahasiswa Kunci Pembangunan Berkelanjutan
Surya menjelaskan Agri Radar menggunakan drone dan kamera untuk mengidentifikasi kebutuhan pemupukan presisi pada tanaman teh. “Radar ini mengukur kandungan air tanah, sementara kamera digunakan untuk menganalisis kebutuhan nutrisi tanaman berdasarkan citra yang ditangkap,” jelas Surya.
Sejak inisiasi riset pada 2021, inovasi ini telah mendapatkan pendanaan dari LPDP dan berhasil diujicobakan di beberapa perkebunan teh di Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. Hasilnya, alat ini mampu menekan biaya pemupukan hingga 40 persen.
“Ke depan, kami berharap teknologi ini dapat mendeteksi unsur hara lebih akurat menggunakan gelombang elektromagnetik,”pungkasnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: