Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Supreme Energy Dikabarkan Bakal Eksplorasi WK Panas Bumi Lampung, Tapi Tunggu Ini

        Supreme Energy Dikabarkan Bakal Eksplorasi WK Panas Bumi Lampung, Tapi Tunggu Ini Kredit Foto: Supreme Energy
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Supreme Energy Lampung melalui perusahaan patungannya bersama Sumitomo Corporation dan INPEX Geothermal Ltd yakni PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) dikabarkan tengah mempersiapkan program eksplorasi untuk Wilayah Kerja Panas Bumi Gunung Rajabasa yang berlokasi di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

        Meski begitu, langkah ini masih menunggu revisi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) atau Power Purchase Agreement (PPA) rampung dikerjakan bersama PT PLN (Persero).

        ”Hal ini sejalan dengan target bauran energi terbarukan Pemerintah Indonesia serta target net zero emission pada tahun 2060. Kami sangat menghargai dukungan yang kuat dan terus menerus dari Pemerintah, PLN dan masyarakat," ucap Founder & Chairman PT Supreme Energy, Supramu Santosa dalam keterangan rilis yang diterima Warta Ekonomi, Kamis 26/12/2024.

        Baca Juga: Cari Panas Bumi, Pertamina Geothermal (PGEO) Mulai Eksplorasi di Gunung Tiga

        Sementara itu, diketahui PT Supreme Energy saat ini juga tengah menggenjot pengembangan PLTP Muara Laboh unit 2 dan 3 yang berlokasi di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat.

        Pengembangan PLTP itu bakal menambah bauran energi baru terbarukan sub Panas Bumi yang telah dikerjakan PT Supreme Energy di PLTP Muara Laboh unit 1 dan telah beroperasi sejak 16 Desember 2019 dengan kapasitas 85 MW serta PLTP Rantau Dedap di Sumatra Selatan dengan kapasitas 91.2 MW yang sudah mencapai COD pada 26 Desember 2021.

        Sementara itu, melansir dari Kementerian ESDM, Dirjen Energi Baru & Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan bahwa memang PLTP merupakan salah satu sub EBT yang paling masif perkembangannya sejauh ini.

        Beberapa proyek panas bumi yang diharapkan dapat beroperasi pada akhir tahun ini, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi (41 MW), yang telah memperoleh SLO pada 15 Desember, serta PLTP Salak Binari (15 MW) dan PLTP Ijen (45 MW). 

        "Dengan masuknya PLTP Sorik Merapi, yang terdiri dari 91 MW--50 MW di antaranya sudah COD dan sisanya 41 MW tinggal menunggu Amdal--kami optimistis kontribusi bauran EBT akan meningkat secara signifikan," ujar Eniya di Jakarta, Selasa (17/12) lalu.

        Baca Juga: Capai Netral Karbon di 2030 Indonesia Butuh USD 55 Miliar, Panas Bumi Jadi Tumpuan

        Hingga saat ini, kontribusi listrik yang dihasilkan dari panas bumi telah mencapai 5% dari total bauran energi nasional, atau sekitar 40% dari bauran energi baru terbarukan (EBT). Energi panas bumi juga memainkan peran penting dalam mendukung upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan Indonesia.

        Sejak 2014, kapasitas terpasang PLTP telah meningkat sebesar 1,2 GW, sehingga total kapasitas terpasang panas bumi Indonesia kini mencapai 2,6 GW. Hal ini setara dengan 11% dari total potensi panas bumi Indonesia, menjadikannya sebagai produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan kontribusi sebesar 5,3% terhadap bauran energi nasional.

        Hingga 2024, pemerintah telah mengidentifikasi 362 titik potensi panas bumi dengan kapasitas total 23,6 GW. Selain itu, telah disiapkan sebanyak 62 Wilayah Kerja Panas Bumi dan 12 Wilayah Penugasan untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi yang masih aktif hingga saat ini. Ini menjadi landasan strategis dalam mendorong lebih banyak investasi dan pengembangan energi panas bumi di Indonesia. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: