Perjalanan Bukalapak, dari IPO Pasar Modal Terbesar Indonesia hingga Jadi Fokus Jual Pulsa
Bukalapak, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, telah melalui perjalanan panjang sejak didirikan pada tahun 2010 oleh Ahmad Zaky, Nugroho Heru Cahyono, dan Muhammad Fajrin Rasyid. Tujuan awal pendirian Bukalapak adalah untuk memfasilitasi para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam memasarkan produk mereka secara online.
Pada awal kemunculannya, Bukalapak menjadi wadah utama bagi komunitas penggemar sepeda yang sedang naik daun, terutama tren sepeda lipat dan fixed gear. Platform ini memudahkan masyarakat untuk menjual dan membeli sepeda serta aksesorisnya.
Seiring waktu, kategori produk yang tersedia di Bukalapak semakin beragam. Pada tahun 2013, Bukalapak mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp500 juta, dengan lebih dari 80.000 pelapak yang bergabung.
Popularitas Bukalapak terus meningkat hingga pada tahun 2020, platform ini melayani lebih dari 130 juta pengguna dan 16,8 juta mitra UMKM.
Pada Januari 2020, terjadi perubahan besar dalam kepemimpinan Bukalapak. Ahmad Zaky, CEO sekaligus salah satu pendiri, mengundurkan diri dari jabatannya. Keputusan ini diikuti oleh Nugroho Heru Cahyono dan Muhammad Fajrin Rasyid, yang juga melepas peran mereka di perusahaan.
Langkah strategis lain yang menandai perjalanan baru Bukalapak adalah pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 27 Juli 2021 dengan kode “BUKA”. IPO tersebut mengumpulkan dana sebesar USD 1,5 miliar, yang merupakan IPO terbesar di sejarah pasar modal Indonesia sekaligus yang pertama dilakukan oleh unicorn teknologi di Asia Tenggara.
Baca Juga: BEI Pastikan Dana IPO Bukalapak Aman Meski Stop Penjualan Fisik
Sayangnya, meskipun mencatatkan sejumlah keberhasilan, Bukalapak juga menghadapi tantangan besar, termasuk kerugian operasional. Di akhir 2024, perusahaan mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 2025, serta menutup beberapa lini bisnis yang tidak menguntungkan. CEO Bukalapak, Willix Halim, mengungkapkan bahwa langkah ini diambil untuk mengubah pendekatan operasional perusahaan dan fokus pada segmen bisnis inti.
Kini, Bukalapak bertransformasi menjadi platform yang berfokus pada produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, BPJS, PPN, voucher digital, dan layanan emas.
Penghentian layanan penjualan produk fisik dilakukan secara bertahap hingga Februari 2025. Transformasi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Bukalapak dalam ekosistem digital sekaligus memberikan manfaat lebih besar bagi para pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.
Bukalapak berharap bahwa langkah strategis ini dapat mencerminkan adaptasi terhadap dinamika pasar dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: