Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sukses Tanpa Kemitraan, Andanu Prasetyo Sajikan Kopi untuk Tetangga di Cipete hingga Korea Selatan Lewat Toko Kopi Tuku

        Sukses Tanpa Kemitraan, Andanu Prasetyo Sajikan Kopi untuk Tetangga di Cipete hingga Korea Selatan Lewat Toko Kopi Tuku Kredit Foto: Tuku
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hari ini, nama Andanu Prasetyo sudah sangat lekat dengan Toko Kopi Tuku. Hal itu tentu tidak aneh mengingat Andanu Prasetyo merupakan pendiri dan aktif mempromosikan Toko Kopi Tuku. 

        Meskipun begitu, bisnis kopi bukanlah bisnis pertama yang dilakoni oleh pria akrab disapa Tyo itu. Ia pertama kali masuk ke dunia bisnis pada tahun 2008 ketika masih menjadi mahasiswa semester tiga. Kala itu, Tyo bersama sang kakak menjalankan bisnis distro. 

        Tak lama kemudian, Tyo mencoba merambah dunia kuliner dengan membuka sebuah kafe bernama Toodz House yang menawarkan menu makanan bernuansa rumahan. Keputusan ini menjadi langkah awal yang membuatnya mendirikan bisnis kopi.

        Pertemuan dengan mentor dan stakeholder di bidang kopi menjadi titik balik penting dalam perjalanan Tyo. Dari situ, ia mulai memahami peran strategis kopi dalam mendukung para petani di Indonesia. Gagasan ini akhirnya melahirkan Toko Kopi Tuku pada 2015, dengan visi untuk mendukung petani kopi lokal dan memperkenalkan kopi Indonesia kepada masyarakat luas. Bijinya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh, Solok, Garut, Flores, hingga Bali.

        Kepopuleran Toko Kopi Tuku bermula dari misi sederhana, yaitu meningkatkan konsumsi kopi di kalangan masyarakat Indonesia. 

        Dengan lokasi kedai pertama di bilangan Cipete, Tyo awalnya hanya fokus melayani warga sekitar. Ia mempelajari kebiasaan dan preferensi konsumsi kopi masyarakat setempat melalui interaksi langsung sebagai barista.

        Dari riset kecil-kecilan tersebut, Tyo menemukan bahwa warga Cipete lebih menyukai kopi dengan tambahan gula, susu, dan es. Hal ini mendorongnya untuk menciptakan menu Kopi Susu Tetangga, yang kini menjadi cikal bakal tren kopi kekinian di Indonesia.

        Baca Juga: Dari Kopi Keliling, Soedomo Mergonoto Sukses Ekspor 'Kapal Api' Hingga Pekerjakan Ribuan Karyawan

        Rasa kopi yang ringan dan segar ternyata tidak hanya sesuai dengan selera warga Cipete, tetapi juga mewakili preferensi banyak masyarakat Indonesia. Dalam waktu singkat, Toko Kopi Tuku berkembang dan membuka cabang-cabang baru, seperti di Pasar Santa dan Bintaro, hanya dalam tiga tahun sejak berdirinya.

        MAKA Group, yang didirikan pada 2013 melalui PT Makna Angan Karya Andanu (PT MAKA), menjadi payung besar bagi berbagai bisnis yang dirintis oleh Tyo. 

        Dimulai dengan Toodz House, MAKA Group kemudian melahirkan Toko Kopi Tuku, sebuah merek kopi lokal yang fokus pada produk berkualitas dengan harga terjangkau. Selain itu, MAKA Group juga mendirikan Beragam, sebuah roastery yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kopi Tuku. 

        Tak hanya berhenti di kopi, MAKA Group juga mengakuisisi Futago, sebuah merek bisnis kuliner yang memadukan cita rasa Jepang dan Indonesia, sebagai bagian dari ekspansinya ke sektor makanan dan minuman (F&B).

        Strategi Bertahan Tanpa Kemitraan

        Berbeda dengan banyak merek F&B lainnya, Toko Kopi Tuku memilih untuk tidak menggunakan sistem waralaba. Tyo percaya bahwa mempertahankan kontrol penuh atas bisnisnya adalah kunci untuk menjaga kualitas dan konsistensi. 

        Menurutnya, tantangan utama dalam bisnis kopi adalah memenuhi harapan konsumen yang beragam di berbagai wilayah. Oleh karena itu, Kopi Tuku dikembangkan secara terpusat agar prinsip kualitas dan pengalaman konsumen tetap terjaga.

        Pendekatan ini terbukti berhasil. Hingga Juni 2023, Toko Kopi Tuku telah memiliki 39 outlet di Indonesia, dan jumlah ini terus bertambah. Tyo berencana untuk membuka lebih banyak gerai hingga akhir 2023, memperluas jangkauan mereknya tanpa mengorbankan nilai-nilai inti bisnisnya.

        Salah satu momen penting dalam perjalanan Toko Kopi Tuku adalah kunjungan Presiden Joko Widodo pada 2017. Kunjungan tersebut memberikan dampak besar pada popularitas Toko Kopi Tuku, menjadikannya salah satu merek kopi lokal yang paling dikenal di Indonesia. Sejak saat itu, gerai-gerai Kopi Tuku selalu dipenuhi oleh antrean pelanggan.

        Baca Juga: Cerita Logo Bebek Avian dan Suksesnya Hermanto Tanoko Orang Terkaya ke-16 di Indonesia

        Sebagai lulusan ekonomi dan manajemen, Tyo memahami pentingnya strategi storytelling dalam membangun merek. Dengan narasi yang kuat, ia mampu mengkomunikasikan nilai-nilai Toko Kopi Tuku kepada konsumen, menjelaskan mengapa kopi lokal layak dinikmati. 

        Pendekatan ini membantu Toko Kopi Tuku untuk tidak hanya menjadi bisnis kopi, tetapi juga simbol gerakan yang mendukung petani lokal dan mempromosikan cita rasa nusantara.

        Kesuksesan Toko Kopi Tuku tidak hanya terbatas di dalam negeri. Pada tahun 2024, Kopi Tuku sempat mencoba peruntungan internasional dengan membuka kedai pop-up di Gangnam, Seoul, Korea Selatan. Kedai ini beroperasi sementara dari 25 Maret hingga 10 Mei 2024. Tujuan dari pembukaan ini adalah untuk mengeksplorasi potensi pasar di Negeri Ginseng sekaligus memperkenalkan budaya kopi Indonesia.

        Baca Juga: Didirikan oleh Anak Petani, Miniso Kini Punya Ribuan Jaringan di Seluruh Dunia

        Korea Selatan dipilih karena kecintaan masyarakatnya terhadap budaya minum kopi. Dalam kedai tersebut, Toko Kopi Tuku menghadirkan menu andalan seperti Es Kopi Susu Tetangga, serta produk lain seperti gula aren hasil kolaborasi dengan produsen lokal, Beraga. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: