Cetak Pendapatan USD 1,84 Miliar di 2024, Efisiensi Biaya dan Produksi Nikel Mampu Dongkrak Kinerja MBMA
Kredit Foto: Istimewa
PT Merdeka Battery Materials Tbk. (IDX: MBMA) mencatat selama tahun 2024 di bulan Desember resmi mengumumkan hasil keuangan untuk tahun fiskal di tahun tersebut. Anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MCG) ini menunjukkan pertumbuhan luar biasa didorong oleh peningkatan volume produksi, efisiensi operasi, dan eksekusi strategis proyek-proyek ekspansi.
Terbukti pendapatan sebesar USD 1,84 miliar untuk tahun 2024, meningkat 39% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba bersih melonjak 139% menjadi USD 80 juta, sementara EBITDA juga meningkat 67% menjadi USD 163 juta.
Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo menyatakan, bahwa kinerja perusahaan terutama didorong oleh peningkatan produksi dari tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta kontribusi signifikan dari operasi nickel pig iron (NPI). Selama 2024, tambang SCM menghasilkan 10,1 juta wet metric tonnes (wmt) limonit, peningkatan 150% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110% dari 2023. Di periode yang sama Teddy juga menyebutkan, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) memproduksi 82.161 ton nikel dalam bentuk NPI, peningkatan 26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang membuktikan strategi integrasi vertikal MBMA.
“Tahun lalu merupakan periode yang transformatif bagi MBMA. Kami berhasil meningkatkan produksi serta terus meningkatkan efisiensi di seluruh operasi. Dengan pengembangan proyek-proyek baru yang berjalan lancar serta fasilitas-fasilitas kunci yang mulai memasuki tahap commissioning, kami berada dalam posisi yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan pada tahun 2025," jelas Teddy dalam keterangan resminya pada Warta Ekonomi di Surabaya, Kamis (10/4/2025)
Baca Juga: MBMA Bangun Pabrik HPAL USD 1,8 Miliar, Target Produksi 90.000 Ton Nikel!
Menurutnya, kinerja positif ini turut didukung oleh mobilisasi kontraktor tambang baru dan percepatan kegiatan penambangan yang meningkatkan produksi bijih secara signifikan. Upaya ini menjadi fondasi penting untuk meningkatkan operasi pemrosesan hilir, khususnya operasi RKEF dan High Pressure Acid Leach (HPAL).
Perusahaan inisiatif efisiensi biaya juga berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan. Biaya tunai penambangan di tambang SCM menurun dari USD 6 per wmt pada kuartal ketiga menjadi USD 5 per wmt pada kuartal keempat 2024. Sementara biaya tunai NPI turun menjadi USD 10.307 per ton di FY 2024, dibandingkan dengan USD 12.095 pada tahun sebelumnya menempatkan MBMA pada kisaran bawah dari panduan biaya antara USD 10.000 hingga USD 11.000 per ton.
"Biaya tunai NPI diperkirakan akan terus menurun seiring meningkatnya ketersediaan bijih saprolite dari produksi sendiri untuk operasi RKEF kami. Untuk lebih mengoptimalkan logistik dan mengurangi biaya, MBMA saat ini tengah membangun jalan angkut baru yang akan menghubungkan tambang SCM secara langsung dengan kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)," ujar Teddy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: