Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Anak Usaha Hadapi Tantangan, Emiten OBAT Siapkan Langkah Strategis untuk Jaga Profitabilitas

        Anak Usaha Hadapi Tantangan, Emiten OBAT Siapkan Langkah Strategis untuk Jaga Profitabilitas Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT) memberikan kabar terbaru terkait kondisi operasional perusahaan. Manajemen OBAT dalam keterbukaan informasi yang dilansir Selasa (22/4) menyatakan bahwa aktivitas utama di lini produksi masih berjalan normal. Proses produksi saat ini tetap berlangsung di fasilitas pabrik milik OBAT yang berlokasi di Sukoharjo, tanpa gangguan.

        Namun, entitas anak OBAT tengah menghadapi sejumlah tantangan yang berdampak pada performanya. Penurunan permintaan di segmen tertentu membuat volume penjualan ikut menurun, sementara biaya operasional meningkat seiring kenaikan harga input produksi.

        Tak hanya itu, hasil panen Alga juga mengalami penurunan kuantitas. Menanggapi hal tersebut, manajemen mengaku pihaknya telah melakukan penyesuaian strategi operasional, termasuk pengurangan beban, penyesuaian kapasitas produksi, dan upaya menjaga keberlangsungan usaha.

        Baca Juga: Emiten OBAT Siap Bagi Dividen 100% dari Laba Bersih, Intip Jadwalnya!

        "Perseroan bersama manajemen entitas anak telah melakukan evaluasi dan penyesuaian strategi operasional untuk mengurangi beban, menyesuaikan kapasitas produksi, serta menjaga keberlangsungan usaha anak perusahaan tersebut," jelas Sekretaris Perusahaan OBAT, Toufin Noor Prambudi. 

        Dalam rangka pengembangan usaha, OBAT kini tengah mempersiapkan pembangunan pabrik kemasan tube yang akan memperkuat lini produksi utama sekaligus meningkatkan efisiensi rantai pasok internal.

        "Perseroan saat ini sedang mempersiapkan pengembangan kegiatan usaha baru berupa pembangunan fasilitas pabrik kemasan tube yang direncanakan akan mendukung lini produksi utama serta meningkatkan efisiensi rantai pasok internal," ungkap Toufin.

        Pabrik tersebut ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemasok eksternal, meningkatkan pengawasan kualitas kemasan, sekaligus menekan biaya produksi dalam jangka menengah hingga panjang.

        Baca Juga: Baru Melantai di Bursa, Brigit Biofarmaka (OBAT) Catat Lonjakan Laba dan Penjualan

        Proyek ini direncanakan dimulai pada paruh kedua tahun 2025 dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2026. Lokasi pabrik masih dalam tahap finalisasi, sembari manajemen menyelesaikan studi kelayakan dan pengurusan perizinan yang diperlukan.

        Demi meningkatkan profitabilitas, OBAT juga telah merancang sejumlah strategi utama. Mulai dari efisiensi operasional melalui otomasi, renegosiasi kontrak dengan pemasok, hingga pengurangan biaya tidak langsung.

        Langkah ini dilengkapi dengan strategi integrasi vertikal melalui pembangunan pabrik kemasan tube sebagai upaya menurunkan biaya pembelian kemasan dan meningkatkan margin kotor.

        Diversifikasi produk juga menjadi fokus, dengan peluncuran varian baru berbasis riset internal, khususnya di sektor kesehatan dan perawatan. Selain itu, OBAT mendorong ekspansi pasar dengan memperkuat distribusi digital dan memperluas jaringan mitra regional. Sistem pemantauan inventori dan kebijakan kredit yang lebih ketat juga diterapkan untuk mengoptimalkan arus kas operasional.

        Baca Juga: BPOM Gandeng Kementan! Indonesia Siap Garap Pasar Obat Rp300 Triliun!

        Meski demikian, manajemen tak memungkiri adanya sejumlah kendala dalam merealisasikan strategi yang telah direncanakan. Beberapa entitas anak belum mampu berkontribusi optimal akibat kendala operasional.

        Sementara dalam pengembangan pabrik baru, perusahaan juga harus menghadapi proses perizinan yang kompleks, terutama untuk sertifikasi dan regulasi di industri kesehatan dan kosmetik. Di beberapa wilayah pengembangan, perusahaan pun mengalami kesulitan dalam memperoleh tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan.

        “Kendala tenaga kerja terampil di area tertentu juga masih menjadi tantangan. Pada beberapa wilayah pengembangan operasional, Perseroan mengalami kesulitan dalam memperoleh tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan Perseroan dan sistem operasional terbaru,” pungkas Toufin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Belinda Safitri
        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: