Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Minyak Naik Tipis, Investor Dihadapkan Beragam Sentimen Global

        Harga Minyak Naik Tipis, Investor Dihadapkan Beragam Sentimen Global Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Harga minyak dunia kembali bergejolak dalam perdagangan di Kamis (24/4). Pasar menyoroti sejumlah faktor mulai dari pelemahan dolar hingga potensi peningkatan produksi oleh Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC).

        Dilansir dari Reuters, Jumat (25/4), Minyak Brent naik 0,7% menjadi US$66,55/barel. Sementara Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,8% ke US$62,79/barel.

        Baca Juga: Pertamina Regional Jawa Catat Produksi Minyak 54,2 Ribu Barel per Hari di 2024

        Penguatan harga minyak didukung oleh melemahnya dolar, yang membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pembeli luar negeri. Pelemahan ini terjadi di tengah kekecewaan pasar terhadap minimnya kemajuan nyata dalam penyelesaian perang dagang dari China-Amerika Serikat (AS).

        AS sendiri menjadi sorotan menyusul klaim pengangguran yang naik tipis. Hal tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang masih tangguh meski terdampak kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

        Namun pelaku bisnis memutuskan untuk menaikkan harga dan merevisi panduan keuangan karena biaya yang meningkat akibat gangguan rantai pasok global. Hal ini diikuti oleh adanya sinyal tak adanya perubahan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed).

        “Pasar masih mencoba mencerna data. Di satu sisi pasar tenaga kerja kuat, tapi tarif bisa mulai berdampak buruk dalam waktu dekat,” tulis Konsultan Energi Gelber and Associates.

        Adapun Iran menjadi sorotan usai adanya progress terbaru soal pembahasan program nuklir negara tersebut dengan Eropa. Jika pembicaraan sukses, sanksi ekspor minyak terhadap negara ini bisa dicabut, membuka jalan bagi lebih banyak pasokan global. Iran diketahui merupakan produsen minyak terbesar ketiga di OPEC.

        Konflik Rusia-Ukraina juga menjadi sorotan usai adanya manuver terbaru dari AS. Trump baru-baru ini menuding perundingan damai coba dihambat oleh Ukraina. Jika perdamaian tercipta, pasokan minyak bisa bertambah dari Rusia.

        Namun, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen menghentikan impor minyak dari Rusia di 2027.

        Baca Juga: Bahlil Bahas Pembangunan PLTN Nuklir dan Kilang Minyak 1 Juta Barel

        OPEC sendiri menjadi sorotan menyusuk kabar bahwa lembaga tersebut akan mempertimbangkan meningkatkan produksi untuk menjaga keseimbangan pasar di tengah ketidakpastian permintaan dan pasokan global.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: