Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CELIOS dan Greenpeace: Andai Saja Indonesia Fokus ke Hal ini, Bisa Serap Tenaga Kerja 20 Juta Orang!

        CELIOS dan Greenpeace: Andai Saja Indonesia Fokus ke Hal ini, Bisa Serap Tenaga Kerja 20 Juta Orang! Kredit Foto: Imamatul Silfia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebijakan transisi energi di Indonesia masih dinilai kurang ambisius. Hal itu berdasarkan kesimpulan antara Greenpeace dan CELIOS yang menyebut ini tak sebanding dengan solusi dalam skema transisi energi seperti penggunaan teknologi CCS/ CCUS, bioenergi dari pemanfaatan kelapa sawit, serta masuknya gas dan nuklir.

        "Oleh karena itu, Greenpeace dan CELIOS meluncurkan sebuah laporan yang menyoroti penggunaan gas fosil sebagai energi transisi yang justru akan menghambat upaya transisi energi di Indonesia," kata keterangan Greenpeace dan CELIOS.

        Dalam laporan tersebut, Greenpeace dan CELIOS menyampaikan beberapa temuan, diantaranya kerugian output ekonomi dari pengembangan gas fosil, penurunan serapan tenaga kerja, dampak kesehatan dan lingkungan, serta potensi peningkatan emisi.

        “Dari segi dampak kesehatan, pembangkit gas fosil dengan skenario 22 GW memberikan beban biaya kesehatan hingga Rp89,8 – Rp249,8 triliun dalam 15 tahun ke depan”, ucap Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia. “Selain itu, ekspansi pembangkit gas fosil dalam skenario 22 GW akan mengakibatkan lonjakan emisi CO2 hingga 49,02 juta ton per tahun, dan emisi Metana (CH4) hingga 43.768 ton per tahun”, tambahnya.

        Dari sisi ekonomi angkanya juga tak kalah fantastis. “Pembangkit gas fosil justru akan menurunkan output ekonomi sebesar Rp941,4 triliun secara akumulatif hingga 2040, sementara PLTG siklus gabungan akan menurunkan output hingga Rp280,9 triliun”, terang Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS.

        "Dari sisi serapan tenaga kerja, pembangkit turbin gas berisiko menurunkan serapan tenaga kerja hingga 6,7 juta orang, angka ini mempertimbangkan gangguan pada pendapatan masyarakat di sektor terdampak seperti sektor kelautan dan perikanan. Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pembangkit gas fosil dengan skenario 22 GW memberikan beban hingga Rp89,8 – Rp249,8 triliun dalam 15 tahun kedepan.”, tambahnya.

        Sementara menurut perhitungan CELIOS, jika Indonesia fokus dan beralih pada pengembangan energi terbarukan justru akan berkontribusi positif terhadap perekonomian sebesar Rp2.627 triliun pada 2040.

        Tak kalah penting, jumlah serapan tenaga kerja bila pembangkit terbarukan skala komunitas dikembangkan secara masif bisa mencapai 20 juta orang pada 2040.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: